Jumat, 26 Juli 2019

Panduan Praktis Budidaya Bawang Merah Di Lahan Sawah Bekas Padi


Tanilokal - Bawang merah termasuk salah satu produk hortikultura yang selalu dibutuhkan oleh masyarakat. Di mana untuk melakukan budidaya bawang merah sendiri tergolong mudah dan cepat.  Tanaman sayuran yang juga cocok dibudidayakan di lahan bekas padi ini bisa dipanen hasilnya hanya dalam waktu dua bulan.

Selain digunakan sebagai bumbu penyedap, olahan seperti bawang goreng juga sering kita temui pada aneka makanan. 

Permintaannya yang cukup tinggi turut menjadikan harga bawang merah bisa lebih stabil dibandingkan produk hortikultura lainnya.

Budidaya bawang merah atau Allium ascalonicum ini cocok dilakukan di dataran rendah sampai dataran tinggi, mulai dari 0 mdpl – 900 mdpl. 

Supaya mudah dalam melakukan perawatan sekaligus mencegah timbulnya serangan penyakit khususnya jamur, ada baiknya budidaya bawang merah dilakukan di akhir musim penghujan dan pertengahan musim kemarau. Yaitu antara bulan April hingga bulan Juli.

Persiapan Lahan
Bawang merah termasuk tanaman berumur pendek, untuk itu dia memerlukan nutrisi yang siap serap dalam jumlah yang cukup banyak. Bagi Anda yang belum pernah melakukan sistem pertanian rotasi tanaman, maka lahan harus diolah terlebih dahulu. 


Pengolahan lahan pada penanaman bawang merah ini bertujuan untuk meningkatkan porositas tanahnya. Sehingga umbi bawang merah bisa tumbuh dengan baik sekaligus memudahkan perakaran dalam menyerap air dan unsur hara.

Ada tiga tahapan pengolahan tanah pada lahan bekas penanaman padi, yang pertama pembuatan bedengan dengan ukuran lebar 1.5 m dan tinggi 50 cm, serta jarak antar bedengan 50 cm. 

Kedua adalah aktifitas pencangkulan pembalikan tanah bedengan. Fungsinya untuk mempercepat proses pengomposan sisa-sisa tanaman padi yang masih tertinggal di lahan. Setelah dilakukan pembalikan tanah selanjutnya lahan diistirahatkan atau dibiarkan selama satu minggu.

Biasanya setelah lahan diistirahatkan selama satu minggu sisa tanaman padi akan sudah lebih lunak dan banyak terurai. Lakukan langkah ketiga berupa pencacahan gumpalan-gumpalan tanah yang masih berukuran besar sampai didapatkan tekstur tanah yang lebih halus.

Pemberian Pupuk Dasar
Di awal pertumbuhannya tanaman bawang merah membutuhkan nutrisi yang cukup banyak. Kondisi tanah juga harus benar-benar subur dan mengandung unsur hara siap serap. 

Perpaduan antara pupuk kandang dari kotoran kambing dan pupuk kimia sintetis bisa menjadi pilihan bagi Anda yang ingin membudidayakan bawang merah secara konvensional.

Seringkali lahan bekas penanaman padi memiliki pH yang rendah atau di bawah 6. Maka dari itu perlu dilakukan penambahan dolomit atau kapur tanaman sebanyak 5 ton/ha yang disebarkan secara merata di permukaan bedengan. 

Di mana target pH tanah yang sesuai pada budidaya bawang merah adalah 6.5. Gunakan kertas lakmus untuk mengecek pH tanah lahan pertanian Anda.

Dalam rangka ntuk memperbaiki porositas tanah sekaligus meningkatkan kandungan mikroorganisme dalam tanah, tambahkan pupuk kandang yang terbuat dari fermentasi kotoran kambing atau domba sebanyak 10-15 ton/ha.

Pada pola budidaya bawang merah secara konvensional pemenuhan unsur hara makro dilakukan dengan cara memberikan pupuk kimia. Pupuk disebar kemudian dicampurkan secara merata pada tanah bedengan, untuk setiap 1 ha lahan diperlukan berupa campuran Urea 200 kg/ha, SP-36 300 kg/ha dan KCL 150 kg.  

Namun jika Anda tertarik untuk mencoba menggunakan sistem pertanian organik, jumlah pupuk kandang yang diberikan harus lebih banyak. Karena setiap 1 ton pupuk kandang hanya mengandung 10 kg NPK siap serap, maka supaya dapat memenuhi kebutuhan unsur hara makro dan mikro setidaknya diperlukan pupuk kandang dari fermentasi kotoran kambing sebanyak 60-80 ton/ha.

Setelah pupuk tercampur rata dengan tanah bedengan, selanjutnya lahan perlu diistirahatkan lagi selama 1 minggu. Mikroorganime akan aktif mengurai pupuk dan bahan organik yang tersedia di tanah. 

Jadi ketika dilakukan penanaman bibit bawang merah jumlah unsur hara makro dan mikro yang tersedia sudah cukup banyak.

Penanaman Bibit
Menurut data dari badan Litbang Pertanian, setidaknya ada 6 varietas bibit unggul bawang merah, diantaranya; Maja, Kuning, bima Brebes, Katumi, Sembrani dan Mentes. Di mana potensi hasil panennya bisa mencapai antara 10-27 ton/ha.

Nah, ciri dari umbi bibit bawang merah yang sehat antara lain; berwarna mengkilap, tidak keropos dan tidak terdapat luka atau busuk. Sedangkan ukuran bobot umbi setidaknya 3-4 gram/umbi. 

Untuk mencegah bibit dari serangan jamur, Anda dapat merendamnya terlebih dahulu dalam air selama 10 menit. Setelah itu tiriskan kemudian taburi dengan menggunaan Gliocladium dan Trichoderma sebanyak 100-250 gr untuk setiap 50 kg bibit.


Potong 1/3 bagian umbi untuk mempercepat proses tumbuhnya daun. Saat menanam di bedengan caranya adalah diputar seperti sekrup, namun pastikan supaya ujung umbi yang dipotong tidak terlalu tertutup tanah, cukup taburi sedikit tanah di permukaannya. Jarak tanam antar bibit yang direkomendasikan adalah 15 cm X 20 cm, bisa juga 20 cm X 20 cm. 

Pemupukan Susulan
Secara konvensional pemupukan susulan pada bawang merah dilakukan sebanyak dua kali menggunakan pupuk urea dengan dosis yang sama. Yaitu pada minggu ke dua atau saat tanaman berumur 15 hari berupa pupuk ZA 250 kg/ha dan KCL 25 kg/ha serta minggu ke empat atau umur tanaman 35 hari menggunakan pupuk ZA 200 kg/ha dan KCL 25 kg/ha.

Yang perlu diperhatikan dua hari sebelum dilakukan pemupukan tanaman tidak boleh disiram dengan air. Kemudian pada hari ke tiga pupuk disebarkan di atas bedengan secara merata di atas bedengan. Sebaiknya pemberian pupuk di pagi hari sebelum jam 10 kemudian segera sirami dengan air.

Sedangkan aktifitas pemupukan susulan pada pertanian organik menggunakan pupuk organic cair atau POC yang terbuat dari fermentasi urin kelinci, kemudian dilarutkan menggunakan air bersih, di man  perbandingannya 1:10. 

Supaya pertumbuhan tanaman dan produksi umbinya dapat maksimal, pemberian larutan POC sebaiknya dilakukan setiap 1 minggu sekali atau 10 hari sekali. Di mana dosis yang diberikan sebanyak 1 liter larutan POC yang sudah diencerkan setiap 1 meter persegi bedengan. 

Perawatan
Anda perlu melakukan perawatan rutin setiap hari yang meliputi penyiraman, pengendalian rumput liar dan pengendalin hama. 

Karena budidaya bawang merah nantinya dilakukan saat musim kemarau, maka aktifitas penyiraman dibagi dalam 3 langkah berdasarkan umur tanaman. Berikut data jadwal dan intensitas penyiraman bawang merah berdasarkan data Litbang pertanian ;


Di samping itu ertumbuhan rumput liar atau gulma juga menjadi isu yang patut diperhatikan. Agar Anda tidak kesulitan dalam membersihkan bedengan dari serangan rumput liar, sebaiknya aktifitas ini dilakukan setiap hari. 

Biasanya rumput liar akan muncul di antara tanaman bawang merah. Ketika pengendalian rumput liar dilakukan secara rutin, maka akar rumput yang muncul masih lemah dan cukup mudah dicabut dari tanah.

Ketika tanah bedengan cukup mengandung mikroorganisme dan bahan organic, maka tanaman yang tumbuh pun juga lebih sehat dan kuat, serta tidak mudah terserang hama dan penyakit. 

Maka dari itu pastikan Anda semaksimal mungkin menggunakan bahan-bahan yang alami dalam pengendalian OPT yang menyerang tanaman bawang.

Beberapa penelitan telah menunjukkan bahwwa pemberian pupuk hayati yang mengandung Trichoderma, mikoriza arbuskula, Nitrobacter, Nitrococcus secara rutin, yang bertugas meningkatkan daya tahan tubuh tanaman bawang merah. 

Kalaupun terpaksa menggunakan obat-obatan kimia sebaiknya dosis yang diaplikasikan seminimal mungkin dan hanya ketika terdapat tanda-tanda serangan OPT.

Panen 
Setelah tanaman berumur 60-70 hari biasanya tanaman bawang merah akan menunjukkan tanda-tanda siap panen, antara lain; leher batang mulai lunak, tanaman rebah dan daunnya menguning. 


Sebaiknya aktifitas panen dilakukan saat tanah bedengan dalam keadaan kering dan cuaca cerah, sehingga umbi tidak basah dan penyakit busuk umbi pun dapat dicegah.

Umbi yang telah dipanen kemudian dijemur di bawah sinar matahari langsung selama kurang lebih 1-2 minggu, kemudian dilanjutkan dengan melakukan penyortiran yang disesuaikan dengan kualitas umbi.

Referensi ; 
Widyaningsih. A, M. Bali Litbang Pertanian (2016). Teknologi budidaya bawang merah
Petrokimia gresik (2019). Anjuran umum pemupukan berimbang menggunakan pupuk tunggal
Dinas Pertanian Kabupaten Jombang (2016). Teknologi budidaya komoditas sayuran spesifik bawang merah
Sumami, N dan Hidayat, A. Balitsa (2005). Budidaya bawang merah
Grant, A. Gardening know how (2019). Are red onions easy to grow: tips on growing red onions
Wager,K. Home Guides SF Gate (2019). How togrow red onions from bulbs
Albert, S. Harvest to table (2019). How to grow onions in your garden

Gambar :
http://kalbar.litbang.pertanian.go.id/index.php/teknologi-teraktual/896-budidaya-bawang-merah-di-lahan-gambut
https://kompas.id/baca/foto/2017/06/24/petani-bawang-merah

Selasa, 23 Juli 2019

Manfaat Jamur Mikoriza Untuk Tanah Dan Tanaman Yang Perlu Anda Ketahui

Mikoriza arbuskula

Tanilokal - Sejak 460 juta tahun yang lalu tanaman dan jamur mikoriza melakukan symbiosis mutualisme, yaitu membentuk ikatan yang saling menguntungkan satu sama lain. Adanya interaksi ini menjadikan tanaman dapat bertahan hidup dengan baik di permukaan tanah. Bahkan jumlah varietas tanaman yang bersimbiosis dengan jamur mikoriza tersebut mencapai 90%. 


Apa itu jamur mikoriza ? 
Mikoriza atau Mycorrhizal merupakan salah satu jenis jamur penghuni tanah yang bentuknya seperti jaringan benang halus. Nama Mycorrhizal sendiri berasal dari bahasa Yunani, yaitu terdiri dari kata fungus atau jamur dan rhiza yang berarti akar.

Jamur ini menghasilkan mycelia, yaitu filamen atau serabut halus yang berfungsi sebagai penghubung antara akar tanaman yang satu dengan lainnya.


Jamur mikoriza sekaligus menjadi bagian perpanjangan dari sistem perakaran tanaman. Sehingga unsur hara makro dan mikro yang tersimpan jauh di dalam tanah dapat dijangkau dan diserap.


Beberapa Masalah Yang Timbul Ketika Jumlah Populasi Mikoriza BerkurangNamun sayangnya aktifitas pertanian konvensional seperti membajak tanah, penggunaan pupuk kimia sintetis dalam dosis tinggi, serta obat-obatan kimia seperti fungisida, herbisida dan pestisida sangat berbahaya bagi jamur mikoriza, di mana jumlahnya di dalam tanah pun terus berkurang.

Tidak jarang kita tenemui lahan pertanian yang kondisi permukaan tanahnya cepat mengering. Bahkan ketika digali tekstur tanah bagian dalamnya pun sangat keras dan tidak berongga. 


Di samping itu meskipun dosis penggunaan pupuk kimia sintetis terus ditambah, produktifitas tanamannya pun tidak berubah secara signifikan.

Tanah pertanian yang terus berkurang kesuburannya itu akan mengakibatkan tanaman tidak dapat tumbuh dengan baik, sehingga lebih mudah terserang penyakit. 


Belum lagi banyak hama atau OPT yang telah resisten terhadap obat-obatan pestisida dan insektisida, yang dapat mengakibatkan resiko gagal panen pada pertanian konvensional lebih besar lagi.


Bagaimana cara mengembalikan dan menjaga keberadaan jamur mikoriza di dalam tanah ?
Pada dasarnya jamur mikoriza dapat tumbuh dengan baik di lahan yang tidak banyak mengalami aktifitas pengolahan tanah menggunakan alat berat. 

Contohnya seperti hutan hujan tropis yang belum dijamah oleh manusia. Di sana meskipun tidak ada aktifitas pengolahan tanah seperti membajak atau membalik tanah, namun semakin lama kondisi tanahnya justru semakin subur.


Nah, di situlah peran jamur mikoriza dan mikroorganisme lainnya dalam menjaga dan mengolah tanah secara harmonis dengan sangat baik. 


Mikoriza dan mikroorganisme akan bekerja dalam membantu proses pengomposan bahan organik, serta mengikat partikel tanah supaya porositasnya dapat meningkat.


Beberapa langkah yang bisa dilakukan supaya mikoriza dapat tumbuh dengan baik diantaranya;



  • Mengurangi aktifitas membajak atau membalik tanah setiap musim tanam
  • Rutin melakukan rotasi tanaman 
  • Pemberian pupuk organik dalam jumlah besar baik yang terbuat dari fermentasi kotoran ternak maupun sisa tanaman
  • Pemberian pupuk hayati jamur mikoriza arbuskula pada media tanam pembibitan sayuran atau buah yang akan ditanam
  • Tutup permukaan tanah dengan menggunaan mulsa dari sisa-sisa tanaman seperti jerami padi
  • Hentikan penggunaan obat-obatan kimia sintetis seperti herbisida, fungisida, pestisida dan insektisida
  • Kurangi dosis pupuk sintetis yang diaplikasikan ke tanaman
  • Jangan menanam sawi-sawian atau sayuran dari keluarga Brassica secara terus menerus
Peran Jamur Mikoriza Sebagai Perantara Pencegah Hama dan Penyakit Tanaman
Tanaman yang terhubung dalam jaringan filamen jamur mikoriza akan memiliki kemampuan dalam mengaktifkan senyawa kimia ketika terdapat ancaman berupa serangan hama maupun penyakit. Mekanisme pertahanan diri tersebut hanya dimiliki oleh sekelompok tanaman yang bersimbiosis dengan jamur mikoriza.

Hal ini berbeda dengan tanah yang kurang subur dan sedikit mengandung jamur mikoriza. Tanaman yang hidup di tanah tersebut tidak memiliki kemampuan untuk mengaktifkan mekanisme pertahanan diri. 


Sehingga untuk mendalikan serangan hama dan penyakit diperlukan bantuan manusia berupa penggunaan obat-obatan kimia.


Manfaat Jamur Mikoriza Sebagai Penyedia Nutrisi 
Selain itu sepanjang hidupnya tanaman membutuhkan nutrisi berupa unsur hara makro dan mikro. Mulai dari NPK, kalsium, boron, zinc dan besi. Sebenarnya unsur hara tersebut banyak tersimpan di dalam tanah. Namun hanya sebagian kecil yang dalam kondisi terlarut dan dapat diserap oleh akar tanaman. 

Sebagian besar lainnya terikat dengan dan terkunci oleh mineral tanah sehingga tidak dapat dimanfaatkan oleh akar tanaman. 



Jamur mikoriza arbuskula

Jamur Mikoriza melalui filamen dan hyfanya yang panjang dan tipis akan merombak unsur hara makro yang terikat dengan tanah tersebut supaya dapat diserap oleh tanaman. Khususnya unsur hara makro Phosphor dan Kalium yang kebanyakan terikat permanen dengan mineral tanah.


Sebagai gantinya jamur mikoriza mendapatkan nutrisi berupa karbohidrat atau gula sebesar 10-30% yang dihasilkan dari proses fotosintesis oleh tanaman. 


Cara Jamur Mikoriza Menyuburkan Tanah
Leonardo da Vinci pernah berpesan “supaya dapat menjadi petani sukses salah satu yang harus dipahami adalah sifat alami tanah”. Dan ternyata memang kunci supaya tanaman dapat tumbuh dengan sehat dan produksi buahnya optimal bukanlah seberapa banyak pupuk yang diberikan, melainkan seberapa subur tanah tempatnya tumbuh.

Di mana ciri dari tanah yang subur antara lain: berwarna coklat kehitaman, lembab, terdapat banyak rongga, serta terdapat serabut putih yang tak lain adalah hifa atau jamur mikoriza yang mengikat partikel tanah. Tanah dengan ciri tersebut dapat dipastikan memiliki kandungan bahan organik yang cukup tinggi.


Keberadaan jamur mikoriza tersebut juga dapat meningkatkan kemampuan tanah dalam menyimpan air. Ketika partikel tanah saling terikat dengan baik, maka saat ada angin kencang ataupun turun hujan tidak akan terjadi erosi tanah. 


Begitu pula ketika memasuki musim kemarau panjang dan tidak turun hujan. Jamur mikoriza akan menjaga kelembaban tanah sekaligus menyediakan nutrisi siap serap bagi akar tanaman. 


Hasilnya tanaman yang bersimbiosis dengan jamur mikoriza dapat hidup dengan baik selama musim kemarau dibandingkan dengan tanaman yang tidak bersimboisis dengan jamur mikoriza.


Untuk itu kita harus menjaga keberadaan mikoriza di dalam tanah. Dengan harapan aktifitas pertanian yang dilakukan dapat memberikan keuntungan berlipat baik dari segi ekonomi maupun kesehatan lingkungan.


Referensi:

Pennington (2016). Why and how to improve grass roots with mycorrhizal fungi
Steenbergen, H. Organic consumers association (2016). The fungi thing about soil
Fifth season gardening co (2016). The fungal internet: mycorrhizal fungi and more
Jacoby, R. Peukert, M. Kopriva, S. Frontiers in plant science (2017). The role ofsoil microorganisms in plant mineral nutrition – current knowledge and future directions
Garden myths (2019). Mycorrhizae fungi inoculant products
Rhs garden (2019). Mycorrhizal fungi
Britannica (2019). Fungus – mycorrhizaz
Lepp, H. Australian national bonatic gardens and Australian nasional herbarium, Canberra (2013). Mycorrhizas
Hepperly, R. P. Douds, D. Amaranthus, M. Eco farming daily (2018). The huge impact of mycorrhizal colonization on plant and soil health
Garden organic (2019). What are mycorrhizal fungi ?
University Lancaster. Future learn (2019). Mycorrhizal fungi – soils
Posta, K. Duc, H. N. Intechopen (2019). Benefits of arbuscular mycorrhizal fungi application to crop production under water scarcity
Max planck gesellschaft (2018). Leaf molecules as markers for mycorrhiza
Pace, M .The new York botanical garden (2003). Hidden partners: mycorrhizal fungi and plants 
Gambar :
https://conceptodefinicion.de/micorriza/
http://jardin-mundani.blogspot.com/2014/01/bellotas-dulces-un-manjar-de-dioses.html

Sabtu, 20 Juli 2019

Cara Mudah Budidaya Semangka Dataran Rendah Dengan Hasil Yang Optimal

Semangka di ladang

Tanilokal – setiap memasuki musim kemarau kesegaran buah semangka selalu hadir di tengah-tengah kita. Kandungan serat, vitamin serta mineralnya yang tinggi menjadikan buah semangka penuh nutrisi dan banyak digemari oleh masyarakat luas. Selain baik untuk kesehatan tubuh, tanaman dari keluarga Cucurbitaceae ini juga memiliki nilai ekonomis yang tinggi sekaligus mudah dibudidayakan di dataran rendah.

Budidaya semangka sudah dilakukan sejak 5000 tahun yang lalu. Tepatnya di Gurun Kalahari, Afrika. Bahkan kisah panen buah semangka pada masa lampau juga diabadikan dalam bahasa Hieroglypics yang tertulis pada tembok bangunan kuno di Mesir. 

Setelah memasuki kawasan Mesir, tanaman ini kemudian mulai banyak dibudidayakan serta dijual di wilayah Romawi. Karena tanaman semangka mudah tumbuh di daerah mediterania yang iklimnya cukup hangat, akhirnya dalam waktu singkat tanaman semangka pun menyebar hingga ke Asia.

Seperti halnya tanaman melon dan timun, tanaman semangka (Citrullus vulgaris Schard) tumbuhnya menjalar, panjang batangnya pun bisa mencapai 7 meter. Oleh sebab itu sebelum memutuskan untuk melakukan budidaya semangka pastikan ukuran lahan Anda cukup luas. Sehingga nantinya tanaman dapat tumbuh dengan baik dan menghasilkan buah berkualitas.

Pemilihan lokasi 
Karena tanaman semangka asalnya dari daerah mediterania yang beriklim hangat, maka di Indonesia sendiri tanaman ini dapat tumbuh dengan baik di dataran rendah, mulai dari 0 mdpl – 350 mdpl. Ketika penanaman dilakukan di daerah dataran tinggi maka pertumbuhannya dapat terhambat. 

Sekarang ini Anda dapat melakukan pengecekan secara presisi berapa ketinggian atau altitude lahan dari permukaan laut dengan menggunakan Smartphone melalui aplikasi "altitude meter".

Perlu diingat bahwa waktu penanaman semangka yang paling baik adalah di akhir musim penghujan atau pertengahan musim kemarau. Yaitu sekitar bulan Mei hingga bulan Juli. 

Karena ketika ditanam di musim penghujan, tanaman ini rentan terserang penyakit jamur powdery mildew atau puret, di mana penyebabnya adalah kelembaban udara yang tinggi.

Apabila tanaman mulai terlihat tanda-tanda terserang jamur powdery mildew berupa spot putih pada permukaan daun, anda dapat mengontrolnya dengan menggunakan fungisida nabati dari bahan jamur Trichoderma yang disemprotkan pada seluruh bagian tanaman setiap 3 hari sekali.

Pemilihan varietas dan perlakukan pada biji

Ada dua jenis biji semangka yang bisa didapatkan di toko pertanian maupun secara online. Yaitu semangka biji dan semangka tanpa biji. Dengan pilihan warna daging buah yang dihasilkan berupa semangka daging merah dan semangka daging kuning.

Yang perlu diperhatikan ketika Anda berencana menanam varietas semangka tanpa biji, maka Anda juga harus menanam semangka berbiji, di mana  jumlah perbandingan tanamannya 10 : 1. 

Hal ini dikarenakan bunga jantan pada tanaman semangka tanpa biji tidak dapat membuahi bunga betina dengan baik. Nah, bunga jantan dari semangka berbiji inilah yang akan membuahi bunga betina pada semangka tanpa biji. 

Selain itu tekstur kulit pada biji semangka tanpa biji juga lebih keras dan tebal dibandingkan semangka berbiji. Untuk itu supaya biji dapat berkecambah dengan baik sebelum disemai perlu dilakukan peretakan ujung biji terlebih dahulu. 

Proses Pembibitan 
Pada umumnya penanaman semangka dimulai dari pembibitan benih terlebih dahulu menggunakan seedtray plastik sampai biji berkecambah dan tumbuh 2-3 helai daun. 

Proses pembibitan ini dilakukan di dalam greenhouse selama kurang lebih 10-14 hari. Di mana jumlah bibit yang dibutuhkan untuk menanam di lahan seluas 1 ha adalah sebanyak 2500-3000 bibit.

Media tanam yang digunakan dalam pembibitan ini berupa campuran pupuk kandang dari kotoran kambing yang telah difermentasi dan sekam bakar atau cocopeat, perbandingannya 1:1. 

Untuk mencegah busuk akar sekaligus meningkatkan kemampuan akar tanaman dalam menyerap unsur hara makro dan mikro dalam tanah, tambahkan pula pupuk hayati yang mengandung jamur mikoriza sebanyak 100-250 gram setiap 10 kg media tanam.

Tanam satu biji semangka di dalam masing-masing kolom seedtray yang telah diisi dengan media tanam, kemudian sirami dengan air secukupnya menggunakan sprayer. Selama proses pembibitan ini jaga media tanam agar tetap lembab dengan melakukan penyiraman setiap hari.

Persiapan lahan
Setiap satu tanaman semangka dapat menghasilkan 2-4 buah dengan bobot total kurang lebih 10 kg. Kemampuan produksi buahnya yang masif seperti itu tentu dibutuhkan kondisi tanah yang subur dan mengandung unsur hara makro dan mikro yang cukup banyak.

Buatlah bedengan untuk penanam semangka dengan ukuran lebar 1 meter, panjang 10 meter dan tinggi 30 cm. Sedangkan lebar lahan rambatan adalah 3.5 meter serta lebar parit 50 cm. 

Sehingga nantinya jumlah bedengan untuk setiap lahan seluas 1 ha yaitu sebanyak 200 bedengan. Di mana masing-masing bedengan terdapat 10-15 tanaman semangka.

Tambahkan pupuk dasar pada masing-masing bedengan berupa campuran pupuk kandang dari fermentasi kotoran kambing sebanyak 25 kg, dolomit 5 kg, serta pupuk ZA; 1.5 kg, SP-36; 2.5 kg dan KCL; 1 kg. Campurkan pupuk dasar ini dengan tanah bedengan secara merata. 

Anda dapat juga menambahkan pupuk hayati yang mengandung bakteri Nitrobacter, nitrococcus, bacillus dan penicillin. Fungsi utama dari penggunaan pupuk hayati tersebut adalah untuk membantu merombak unsur hara makro dan mikro di dalam tanah, sehingga meningkatkan kemampuan akar tanaman dalam menyerap pupuk yang diberikan.

Setelah pupuk dasar tercampur rata, langkah selanjutnya ialah menutupi bedengan menggunakan jerami padi atau mulsa plastic silver. Selain itu permukaan tanah pada lahan rambatan juga perlu diberikan jerami padi agar supaya permukaan kulit buah tidak langsung bersentuhan dengan tanah.

Pindah tanam dan perawatan
Setelah bibit semangka berumur 2 minggu, maka dapat segera dilakukan proses pindah tanam di bedengan pembesaran. 

Di mana Jarak tanam yang direkomendasikan adalah 80 cm – 100 cm. sebaiknya proses pindah tanam dilakukan pada pagi hari sebelum jam 10 atau sore hari setelah jam 15.00.  Bibit selanjutnya disirami dengan air secukupnya.

Bedengan tamaman semangka

Aktifitas penyiraman pada tanaman dilakukan setiap pagi hari sampai ukuran buah cukup besar. Untuk meningkatkan kadar kemanisan pada buah, nantinya penyiraman dihentikan 10 hari sebelum dilakukan panen buah semangka.

Pemupukan susulan dilakukan setiap minggu, yaitu mulai dari minggu pertama hingga minggu ke delapan. Pupuk dilarutkan terlebih dahulu dengan menggunakan air bersih. 

Jenis dan dosis pupuk yang diberikan setiap minggunya untuk satu tanaman berupa campuran pupuk ZA; 28-30 gr, dan KCL 15-20 gr. 

Apabila satu bedengan rerdapat 15 tanaman, maka untuk melakukan pemupukan Anda dapat menggunakan ember ukuran 5 liter yang kemudian diisi dengan pupuk ZA; 450 gr dan KCL; 300 gr, kemudian tambahkan air sebanyak 4 liter.

Kocorkan larutan tersebut di sekitar tanaman semangka dengan dosis sebanyak 250 ml/tanaman.

Pemangkasan cabang
Pertumbuhan tanaman semangka tergolong cepat. Supaya buah yang dihasilkan dapat berukuran besar dan manis, maka Anda perlu melakukan pemangkasan cabang dan seleksi buah.

Di mana setiap satu tanaman dikondisikan agar hanya menghasilkan 2-4 buah saja. Rawatlah buah yang tumbuh pada ruas ke 9, bakal buah yang tumbuh di bawah ruas ke 9 dipangkas dan dibuang.


Semangka siap panen

Saat tanaman berumur 2 minggu setelah tanam, cabang yang tumbuh dari batang utama bisa berjumlah 5-6 cabang. Lakukan pemangkasan dan sisakan 3 cabang yang paling sehat.

Ketika ukuran buah dirasa sudah cukup besar atau ketika umur tanaman memasuki minggu ke 8, potonglah pucuk atau ujung masing-masing cabang tanaman supaya nutrisi yang diserap oleh akar tanaman dapat difokuskan untuk pembesaran buah.

Panen
Buah semangka dapat dipanen setelah umur tanaman mencapai 80-100 hari. Ciri-ciri dari buah yang siap dipanen antara lain apabila diketuk akan terdengar suara yang berat, warna kulit buah berubah dari kusam menjadi mengkilap, kemudian warna kulit bagian bawah buah semangka berwarna kekuningan.


Tanaman buah semangka

Bobot panen buah semangka sendiri masing-masing bisa mencapai 3-3.5 kg. Dengan perawatan yang baik dan benar maka buah yang dihasilkan dapat berasa manis dan dapat disimpan pada suhu ruang selama 10 hari.

Referensi :
PT. Petrokimia gresik (2019). Anjuran umum pemupukan berimbang menggunakan pupuk tunggal. 
Suwandi, dan Sulistyono, A. Fakultas Pertanian UPN Veteran Jawa Timur (2019). Kajian dosis pupuk phonska pada dua varietas semangka terhadap pertumbuhan dan hasil buah semangka
Lufita N.A dan Gunawan I. Fakultas Pertanian Universitas Pasir Pengaraian (2014). Pertumbuhan semangka (Citrulus vulgaris schard) dengan menggunakan beberapa jenis pupuk organic
BPP Teknologi (2000). Semangka (Citrullus vulgaris).
Wahyudi, A. Program D4 Teknologi Perbenihan Politeknik Negeri Lampung (2014). Peningkatan produksi buah semangka menggunakan inovasi teknologi budidaya sistem “ToPAS”
Suprapto dan Nyoman, A.J. (2000). Laporan Akhir Penelitian SUT Diversivikasikan lahan marginal di kecamatan gerokgak, buleleng
Sunyoto. Sudarso, D. Budiyanti, T. BPTB Tropika (2006). Petunjuk tekniks budidaya semangka
M.A. Firmansyah, N. Lani, Y. W.A. Nugroho. BPTP Kalimantan Tengah (2010). Pengkajian paket pemupukan anorganik tanaman semangka tanpa biji di tanah pasir kuarsa
Duvauchelle, J. Home guides | SF Gate (2019). What to fertilize watermelon with 
Burpee (2019). All about watermelons
Albert, S. Harvest to table (2019). How to grow watermelon for the best flavor
Knerl, L. Gardeners path (2017). The taste of summer: how to grow and harvest watermelons
Epic gardening (2019). How to grow watermelon: the ultimate guide to summer’s bounty






Jumat, 19 Juli 2019

The Rise of Spruce Beetle in the Colorado Mountains


by Emily Jack-Scott (Garfield County Master Gardener Apprentice)
The spruce beetle (Dendroctonus rufipennis) is currently the leading insect responsible for killing trees in Colorado, having usurped mountain pine beetle in 2012 (2017 Report, CSFS). These bark beetles have swept through hundreds of thousands of acres of forested lands in the Colorado Rockies in recent years. Since 2000, close to 2 million acres have been impacted across Colorado. Counties most heavily impacted between 1996-2018 include Hinsdale, Mineral, Saguache, Gunnison, Conejos, and Rio Grande; each experiencing hundreds of thousands of affected acres. (2018 Report, CSFS)
Figure 1 Tree mortality in Colorado caused by mountain pine beetle vs. spruce beetle. Spruce beetle overtook pine beetle as the lead insect pest in 2012. Credit: 2017 Report on the Health of Colorado's Forests (CSFS)
Spruce bark beetles are a native species, endemic to the Rocky Mountains. In Colorado, the beetles favor high alpine (above 9,000’) Engelmann spruce, but will also attack Colorado blue spruce and Norway spruce, and at lower elevations. At usual low endemic levels the beetles target dead trees, from windfall events or the like. But once they rise to epidemic levels they will attack live trees, initially favoring larger diameter trees (over 16” diameter), progressively targeting smaller spruces down to 3” diameter. Larvae overwinter under the bark of infested trees, emerging as adults and flying to new host trees between May and July the following year. Once they find a new host, adults chew through a host tree’s bark to tunnel around in the tree’s cambium and outer-most sapwood just beneath the bark, creating elaborate tunneling patterns known as galleries. It is in these galleries that they will lay their eggs, which will hatch into larvae in the fall and start the life cycle over again (2018 Report, CSFS; CSFS Quick Guide).
Figure 2 Tree mortality caused by spruce beetle. Credit: USDA Forest Service, Region 6, State and Private Forestry, Forest Health Protection. Source: William M. Ciesla collection; Fort Collins, Colorado.
What to look for:
Signs include the small dark brown beetles or white creamy larvae themselves. Symptoms include frass (insect poop, appearing as a fine sawdust from boring activity) collecting in the furrows of bark along the trunk, thin streamers of sap running down the trunk, visible small holes in the trunk with or without pitch tubes (see Figure 3), increased woodpecker activity, and/or the yellowing and eventual dropping of needles. Unlike pines attacked by mountain pine beetle the needles do not turn a vibrant red before falling off. Rather they fade to a sickly green before drying out entirely and falling off over time (CSFS Quick Guide).

Figure 3 Pitch tubes Credit:  USDA Forest Service
Spruce beetle is not confined to forested areas, and therefore should be on the radar of gardeners and landscapers in the mountains. Spruce beetle can sometimes favor trees in landscaped and urban settings, which may be under additional pressures and adverse growing conditions. Other factors that can make trees more at risk are drought stress, recent fires, increasingly mild winter low temperatures, and abundance of spruce in an area (Spruce Beetle UAF).

The Colorado mountains have not only experienced these stressors in recent years, but most recently incurred historic avalanches during the 2019 winter. These avalanches resulted in the disturbance, uprooting, and death of countless spruce, serving as magnets for spruce beetles. This will likely increase spruce beetle pressure in forests and yards of the high mountains that were otherwise minimally impacted over the last few decades (see map below of recent spruce beetle activity in Colorado). 
What you can do:
Options for prevention are limited. Pyrethroid insecticides can be sprayed on tree trunks during flight windows (May-July), and very new research is confirming that certain formulations of MCH[S1] [EJ2]  pheromone packets (namely MCH-AKB) has efficacy deflecting beetle attacks. These pheromone packets release a scent that sends a false signal to beetles that a tree of forest stand has already been infested by spruce beetles, so new beetles pass over such trees (Hansen et al. 2019). Once trees have been attacked, they should be felled and either completely removed from a location (including chips and slash), or should be cut and stacked in an area with full sun and covered completely with clear plastic. (Spruce Beetle, CSFS)

Sources
2017 Report on the Health of Colorado’s Forests. Colorado State Forest Service.

2018 Report on the Health of Colorado’s Forests. Colorado State Forest Service. https://csfs.colostate.edu/media/sites/22/2019/03/FINAL-307714_ForestRpt-2018-www.pdf


Hansen, E.M., Munson, A.S., Wakarchuk, D., Blackford, D.C., Graves, A.D., Stephens, S. and Moan, J.E., 2019. Advances in Semiochemical Repellents to Mitigate Host Mortality From the Spruce Beetle (Coleoptera: Curculionidae). Journal of economic entomology.

Spruce Beetle – Trees/Forests at Risk. University of Alaska Fairbanks. http://sprucebeetle.open.uaf.edu/2-module-2/


Despite beetle threat, Aspen-area avy debris to remain. Aspen Times. July 2, 2019. https://www.aspentimes.com/news/despite-beetle-threat-aspen-area-avy-debris-to-remain/

Beranda pertanian masa kini