Sabtu, 29 Oktober 2016

Tanaman Leguminosa dan Jenisnya


Kemampuan dalam mengikat Nitrogen (N) di udara dengan ditandai adanya bintil-bintil di perakaran merupakan ciri khas dari tanaman leguminosa atau legum. Terdapat dua jenis tanaman legm, yaitu legum semak (herba) dan legum perdu (pohon) yang membentuk pohon dan berkayu.

Legum semak umumnya digunakan sebagai pupuk hijau (green manure) dan tanaman penutup tanah (cover crop). Sedangkan legum perdu digunakan untuk penahan angin. Legum perdu biasanya ditanam di bagian pinggir sawah sebagai pagar pembatas. Kedua jenis legum tersebut memiliki kemampuan dalam memfiksasi N di udara dengan sangat efisien.

Nitrogen yang difiksasi oleh legum akan mulai tersedia di tanah dan dapat dimanfaatkan oleh tanaman lain setelah perakaran legum terurai. Waktu yang dibutuhkan juga bervariasi, mulai dari 2-4 minggu setelah pemotongan legum. Untuk mendapatkan kandungan N yang maksimal, pemotongan dilakukan pada saat tanaman legum memasuki fase pertumbuhan generatif.

Saat legum mulai berunga, kandungan N dalam perakaran legum mencapai puncaknya. Selain itu rasio C (Karbon) dan N (Nitrogen) dalam tanaman juga rendah. Dengan keadaan tersebut, ketika tanaman legum dipotong maka bagian tanaman legum mulai dari daun, batang, bunga dan akar akan sangat mudah terurai dan menjadi sumber hara makro dan mikro bagi tanaman selanjutnya.



Berikut akan kami jabarkan jenis-jenis tanaman legum dan cara cara tanamnya.



Legum herba





Legum herba yang paling populer ditanam sebagai pupuk hijau dan mulsa organik diantaranya; Alfalfa (Medicago sativa L.), kembang telang (Clitoria ternatea), kacang sentro (Centrosema pubescens) dan kacang kedelai (Glycine max L.). Ketiga jenis legum tersebut memiliki kemampuan memfiksasi Nitrogen yang tinggi sekaligus mudah dalam hal penanaman maupun perawatan.

Selain itu leguminosa perdu juga memiliki kandungan protein dan serat yang tinggi, sehingga sangat baik digunakan untuk campuran pakan ternak ruminansia seperti sapi, kerbau, kambing dan domba. Bahkan beberapa peternakan di Australia, Amerika dan Eropa menggunakan pakan full grass feed, yaitu pakan yang diberikan 100% hijauan dan tidak ada campuran konsentrat. Dimana produk yang dihasilkan lebih sehat dan harga jual yang lebih tinggi dibandingkan produk sejenis namun dengan menggunakan pakan konvensional atau campuran konsentrat.

Untuk meningkatkan kemampuannya dalam memfiksasi N di udara, maka perlu dilakukan inokulasi atau pemberian pupuk yang mengandung bakteri rhizobium sp pada biji. Saat ini sudah banyak berbagai pupuk rhizobium yang bisa kita dapatkan di toko pertanian maupun di toko online.


Cara menanam legum herba;



Untuk meningkatkan daya kecambah biji legum dan efisiensi penggunaan biji, maka dilakukan penanaman di seed tray terlebih dahulu. Cukup dengan mengisi seed tray dengan pupuk kompos, tanam 2 biji legum ditiap lubang seed tray, siram dengan air secukupnya. Jangan melakukan penyiraman susulan hingga biji legum berkecambah. Hal ini dikarenakan biji legum sangat mudah rusak apabila kondisi media terlalu basah.


Apabila benih legum telah tumbuh 4-5 helai daun, tanaman siap dipindah ke lahan. Siapkan lubang tanam dengan ukuran 10X10X10 cm. Jarak antar lubang tanam 25X35 cm. Isi lubang tanam dengan pupuk kompos setengah bagian. Lepaskan benih legum dari seed tray dengan perlahan, usahakan untuk tidak merusak perakaran legum. Letakkan benih di lubang tanam, tutup dengan pupuk kompos, padatkan tanah dengan menekan tanah sekitar tanam secara perlahan kemudian siram dengan air secukupnya.

Setelah tanaman legum berumur 40 hari atau mulai berbunga, lakukan pemotongan dengan menggunakan cangkul tanaman hingga menyentuh tanah, sehingga seluruh bagian tanaman legum kecuali akar akan terpotong. Biarkan potongan tanaman legum tersebut terurai di permukaan tanah secara alami. Bagian legum yang tidak terurai nantinya akan  berfungsi sebagai mulsa organik.

Beberapa keuntungan yang kita dapatkan dari sistem ini adalah : meningkatkan kandungan hara makro dan mikro dalam tanah dengan jumlah besar. Meningkatkan kemampuan serapan air di permukaan tanah. Mulsa organik dari tanaman legum yang tidak terurai akan menjaga tanah tetap lembab, meningkatkan kandungan bahan organik serta mencegah tumbuhnya gulma dan mencegah erosi tanah.



Legum perdu




Tanaman legum perdu atau pohon yang sering kita jumpai di pematang sawah diantaranya gamal (Gliricidia sepium), lamtoro (Leucaena glauca), kaliandra (Calliandra calothyrsus) dan pohon turi (Sesbania grandiflora). Semua jenis tanaman tersebut memiliki kandungan nutrien khususnya protein yang tinggi, sehingga sering digunakan sebagai campuran pakan.


Cara menanam legum perdu :
Penaman dapat dilakukan secara vegetatif maupun generatif atau melalui biji. Namun ada baiknya menanam dengan cara vegetatif seperti stek batang karena lebih mudah dan sifat tanaman akan sama dengan induknya.

Untuk penanaman legum perdu pertama adalah persiapan bibit. Bibit yang digunakan adalah batang yang telah berwarna kecoklatan dengan diameter batang sebesar pensil dengan panjang 15cm. Untuk mendapatkan hasil bibit yang berkualitas dan mengurangi resiko kegagalan dalam penanaman, ada baiknya untuk membudidayakan di polybag terlebih dahulu.

Siapkan polybag ukuran 20x30cm. Isi dengan pupuk kompos dan tanah dengan perbandingan 1:1. Tancapkan potongan batang legum perdu di campuran tanah dan kompos. Siram dengan air secukupnya. Setelah tanaman berumur 2-3 bulan, bibit siap dipindah ke lahan.

Siapkan lubang tanam dengan ukuran 30X30X30 cm, isi dengan pupuk kompos dan tanah dengan perbandingan 1:1. Untuk memicu pertumbuhan bintil akar sehingga tanaman legum mampu memfiksasi Nitrogen di udara, tambahkan pupuk rhizobium sebanyak ½ sendok makan ditiap lubang tanam. Jarak tanam antar benih yang ideal adalah 2X3 m atau 3X3 m.

Keluarkan benih legum dari polybag dengan cara memotong plastik polybag dengan perlahan menggunakan cutter atau gunting, usahakan untuk tidak merusak serabut akar tanaman. Setelah polybag terlepas, masukkan tanaman ke  dalam lubang tanam, tutup dengan sisa campuran pupuk dan tanah yang telah diberi pupuk rhizobium. Padatkan tanah dengan menekan secara perlahan menggunakan tanam, kemudian siram dengan air secukupnya.


Bagikan ke temanmu apabila bermanfaat, thanks for reading guys...


Sumber :
Gambar :
https://www.agric.wa.gov.au/sites/gateway/files/M13_2677%20Legume%20pasture%20Field%20Day.jpg
http://www.centralfarm.com/user/files/photos/alfalfa-flowering.jpg
http://4.bp.blogspot.com/-
p4FqrtIS7IE/UWRpLGHOU1I/AAAAAAAAAaA/IBcOktcMZ7w/s1600/manfaat+turi.jpg
http://www.seedsofeaden.com/uploads/images/1422959809_lettuce_seedlings.jpg

Memulai Pertanian Organik


Pertanian organik adalah aktifitas pertanian yaing kita lakukan dengan cara yang alami. Maksud dari cara yang alami di sini adalah kita mencoba untuk mencontoh kinerja alam dalam melakukan aktifitas pertanian. Kalau menurut Standard Nasional Indonesia (SNI), sebuah lahan baru bisa dikatakan mulai menghasilkan produk yang organik adalah ketika tidak menggunakan bahan kimia sintetis di lahan yang kita gunakan selama 2 tahun.

Selain itu, kalau sekali saja sawah yang di gunakan terkena cemaran bahan kimia sintetis yang berupa pupuk, pestisida, herbisida maupun fungisida, maka lahan tersebut sudah tidak lagi organik dan harus mengulang proses yang pertama

Namun apabila kita ingin memulai pertanian organik dan menghasilkan produk yang sehat untuk konsumsi pribadi, tentunya regulasi tersebut cukup memakan waktu yang lama, bahkan bisa jadi mengurungkan niat kita untuk memulai pertanian organik. Apabila hanya untuk konsumsi pribadi, atau sebagai lahan percontohan, sebaiknya kita langsiuing saja mempraktekkan pertanian organik yang dimulai dari lahan kita.

Dengan begitu seiring berjalannya waktu, maka akan didapatkan pengalaman dan contoh nyata dari penggunaan sistem pertanian organik yang sebenarnya lebih menguntungkan dibandingkan dengan teknik konvensional.

Kegiatan aplikasi pertanian organik yang sesuai dengan kinerja alam diantaranya:

Penggunaan pupuk organik sebagai sumber nutrisi bagi tanaman.
Contohnya adalah penggunaan pupuk kompos, pupuk kandang, pupuk hijau dan pupuk batuan phospat. Pupuk kompos terbuat dari sisa-sisa tanaman mulai dari daun, batang, bunga, buah dan akar. Pupuk kandang terbuat dari kotoran hewan ternak seperti ayam, sapi, kambing domba atau kuda. 

Sebagian dari kita mungkin belum pernah mendengar apa itu pupuk hijau. Pupuk hijau merupakan jenis tanaman yang dibudidayakan di lahan pertanian yang khusus digunakan  untuk mengisi ulang unsur hara makro maupun mikro dalam tanah. Cara aplikasinya adalah dengan cara memotong dan membiarkan di permukaan tanah tanaman dari jenis kacang-kacangan (leguminosa), rerumputan dan sawi-sawian (brassica). 

Tanaman tersebut akan terurai dan menjadi bahan organik sekaligus sebagai mulsa penutup tanah. Keuntungan yang didapat dari aplikasi pupuk hijau adalah mengurangi erosi, meningkatkan serapan air, meningkatkan kesuburan tanah, mengundang serangga predator serta mencegah penyakit dan hama tanaman. 

Pupuk batuan phospat digunakan untuk memenuhi unsur hara makro phospor bagi tanaman. Karena pupuk kompos, pupuk kandang maupun pupuk hijau kandungan phospornya tidak sebesar dan tesedia dalam jumlah banyak seperti batuan phospat.


Penggunaan program rotasi tanaman
Untuk meningkatkan kandungan unsur hara yang tersedia di tanah bagi tanaman salah satunya adalah dengan melakukan rotasi tanaman. Yaitu mengganti jenis tanaman dari famili yang berbeda yang dibudidayakan pada suatu lahan setiap selesai panen.

Sebagai contoh menanam sawi, selada, atau kubis setelah panen jagung atau padi. Menanam kacang-kacangan setelah panen sayuran. Dengan cara tersebut maka kandungan unsur hara serta sifat fisik kimia maupun biologi dalam tanah akan terus berubah. Dengan kondisi tersebut maka tidak akan terjadi ledakan hama pathogen sumber penyakit.

Mengurangi aktifitas kultivasi tanah.


Sebisa mungkin kita mengurangi aktifitas pembalikan tanah seperti membajak dengan cangkul maupun alat berat seperti traktor. Karena pada dasarnya apabila kita memahami bagaimana alam bekerja dalam membuat kondisi tanah agar sesuai bagi tanaman sangatlah luar biasa. 

Sebagai contoh aktifitas cacing tanah dalam tanah akan membuat chanel (saluran) baru setiap hari yang membantu oksigen dan air dapat masuk kedalam tanah sehingga cadangan air selama musim kemarau akan mencukupi. Begitu pula  mikroorganisme seperti bakteri, jamur, nematoda, protozoa dan serangga kecil akan membantu dalam mengurai bahan organik dan sisa tanaman. 

Sehingga menjadi unsur hara makro dan mikro yang lebih sederhana yang bisa diserap oleh tanaman. Semua aktifitas  tersebut akan berjalan dengan baik apabila kita tidak mengganggu habitat organisme tanah dengan cara membajak sawah setelah panen maupun awal musim tanam.

Aktifitas membajak tanah tersebut dapat mengganggu habitat organisme tanah. Akibatnya adalah saluran-saluran yang dihasilkan oleh organisme tanah khususnya cacing akan rusak. Sehingga tidak ada saluran-saluran di dalam dan di permukaan tanah yang membantu resapan air permukaan.

Selain itu mikroorganisme pengurai bahan organik akan berkurang, akibatnya pertumbuhan tanaman akan terhambat. Erosi juga merupakan salah satu akibat dari proses pembajakan tanah yang berlebihan. Ketika dilakukan pembajakan dan tidak ada mulsa penutup tanah, saat turun hujan nitrogen dan unsur hara lainnya akan tercuci dan terbuang di sungai. 

Timbullah bencana alga booming di sungai, yaitu tanaman alga yang tumbuh tidak terkontrol di sungai akibat kandungan nitrogen air yang tinggi. Akibatnya adalah kandungan oksigen dalam air terus berkurang, habitat organisme sungai akan rusak yang mengakibatkan kematian ikan dalam skala besar.

Menggunakan organisme predator untuk mencegah pertumbuhan hama dan penyakit tanah. 

Laba-laba, lebah madu maupun tawon merupakan beberapa jenis serangga predator yang mampu menekan pertumbuhan populasi serangga pemakan tanaman. Sedangkan untuk pencegahan penyakit busuk akar yang disebabkan oleh bakteri, jamur maupun virus dapat dicegah dengan meningkatkan input bahan organik dan aplikasi rotasi tanaman di lahan yang digunakan.
Dari aktifitas tersebut maka organisme penghuni tanah akan beragam dan menekan pertumbuhan organisme pathogen. Sebagai contoh adalah penyakit soilborne dan busuk akar pada tomat dan kentang yang diakibatkan oleh organisme dari jenis jamur. Penyakit tersebut berkembang akibat dari penanaman tomat dan kentang sepanjang tahun yang pada dasarnya masih satu famili tanaman. 

Ketika dilakukan budidaya kedua tanaman tersebut pada satu lahan sepanjang tahun maka organisme penyebab hama dan penyakit akan tumbuh dan berkembang dengan cepat. Itulah pentingnya program rotasi tanaman untuk menjaga keseragaman maupun keseimbangan mikroorganisme dalam tanah serta menekan pertumbuhan hama dan penyakit.

Sumber :
Gambar :
https://quintype-01.imgix.net/thequint/2016-01/762419fe-cdf6-48b2-b9db-f3535e905fd2/Organic-Farming-Dude.jpg
https://www.no-tillfarmer.com/ext/resources/images/2014/02/Colo-fishing-no-till-048.jpg
https://rollingharbourlife.files.wordpress.com/2013/09/bees-in-dorset-summers-end-1.jpg

Selasa, 25 Oktober 2016

Pembagian Jenis Tanaman Untuk Program Rotasi




Tanilokal - Untuk mendapatkan hasil panen yang optimal sekaligus mengurangi serangan hama dan penyakit yang menyerang tanaman, maka kita harus mengetahui kelompok famili tanaman yang dibudidayakan. Dengan mengetahui kelompok famili tanaman tersebut, kita dapat melakukan program rotasi sepanjang tahun dengan baik.

Kelompok tanaman yang paling umum dalam rotasi tanaman meliputi; leguminosa, brassica, tanaman biji-bijian atau serealia, umbi, buah dan sayuran.

Leguminosa

Leguminosa memiliki peran yang penting dalam sistem rotasi tanaman. Kemampuan legum adalah memfiksasi Nitrogen di udara dan dirubah menjadi amonium. Sehingga nitirogen dapat dimanfaatkan oleh tanaman dengan bantuan bakteri rhizobium sp di akarnya.

Selain itu daun dan batang tanaman legum juga mengandung nitrogen, phospor dan kalium. Ketiga jenis nutrisi tersebut akan tersedia bagi tanaman cash crop setelah biomassa tanaman legum teurai di tanah. Sehingga leguminosa bisa dibilang produk lengkap sumber pupuk berkualitas tinggi. 

Leguminosa yang bisa tumbuh di Indonesia diantaranya; kacang kedelai, kacang hijau, buncis, kembang telang atau kacang kupu (Clitoria ternatea), kacang lab-lab (Lab-lab purpureus) dan alfalfa (Medicago sativa L.). 

Jumlah serapan Nitrogen yang dapat difiksasi oleh tanaman legum bervariasi, mulai dari 50-250kg/ha. Puncak kandungan Nitrogen yang difiksasi oleh legum adalah saat memasuki fase generatif yaitu saat awal berbunga. 

Brassica
Tanaman brassica atau sawi-sawian memilki kemampuan dalam menghasilkan senyawa Alelokimia (allelochemical) atau biokimia yang dihasilkan oleh tanaman yaitu glukosinolat. Senyawa tersebut dilepaskan oleh tanaman ketika biomassa tanaman terurai di tanah. Glukosinolat bersifat racun bagi biji tanaman, jamur, nematoda, bakteri dan beberapa jenis serangga. Sehingga tanaman ini cocok sebagai tanaman pestisida dan herbisida alami.

Tanaman brassica meliputi sawi hijau, sawi putih, kubis, kembang kol dan brokoli. Penggunaan tanaman jenis brassica sebagai cover crop yang paling umum adalah sawi hijiau. Selain harga benih sawi hijau yang terjangkau, tanaman sawi hijau juga mampu tumbuh dengan baik di daerah dingin (pegunungan) maupun daerah panas (dataran rendah). 

Tanaman Biji-bijian atau serealia
Akar serabut yang dalam merupakan ciri tanaman biji-bijian. Kelompok tanaman ini berfungsi sebagai tanaman cash crop atau dipanen bijinya sebagai sumber penghasilan. Nitrogen merupakan nutrisi makro utama yang dibutuhkan oleh tanaman ini. Sehingga penamam jagung ataupun padi, dilakukan sesudah penanaman leguminosa yang difungsikan untuk mengisi ulang bahan organik dan nutrisi makro yang dibutuhkan oleh tanaman biji-bijian.

Usahakan untuk tidak melakukan pengolahan lahan seperti pembajakan atau pembalikan tanah pada saat penanaman padi maupun jagung. Hal ini dikarenakan sistem perakaran yang telah terbentuk dan membuat jaringan di tanah apabila terdekomposisi akan membuat chanel (saluran) bagi masuknya oksigen dan air kedalam tanah. 

Selain itu akar tanaman biji-bijian sangat mudah terurai di dalam tanah sehingga menjadi sumber makanan bagi organisme yang pada akhirnya akan meningkatkan kandungan bahan organik. 

Dikarenakan dalam sistem rotasi tanaman kita sebisa mungkin mengembalikan residu tanaman mulai dari daun, batang dan bunga di permukaan tanah, maka untuk memudahkan pertumbuhan tanaman di lahan yang tertutup dengan mulsa, bibit yang ditanam sudah tumbuh minimali berdaun 4-5 helai. Hal ini dikarenakan apabila kita menanam biji di lahan yang tertutup mulsa akan sulit berkecambah bahkan mati, karena tidak terkena sinar matahari dan suhu permukaan tanah yang dingin.

Tanaman Umbi


Kentang, Ketela, bawang, Wortel dan Lobak masuk kategori tanaman umbi yang mampu memperbaiki struktur tanah yang keras dan kompak. Budidaya tanaman umbi paling cocok dilakukan saat musim kemarau. Dengan tumbuhnya umbi di dalam tanah, menyebabkan oksigen dan air lebih mudah masuk ke dalam tanah. Dari kemampuan tersebut mikroorganisme akan mendapatkan nutrisi dan oksigen yang cukup untuk pertumbuhannya, sehingga populasi mikroorganisme akan meningkat. 

Yang perlu kita perhatikan adalah hindari penanaman tomat dan terong setelah panen kentang. Karena tanaman tersebut masih satu famili, sehingga resiko serangan busuk akar akan tinggi. Selain itu umbi-umbian membutuhkan nutrisi berupa Nitrogen yang tidak terlalu tinggi bila dibandingkan dengan tanaman dari famili sereal. Maka penanaman umbi-umbian dapat dilakukan setelah tanaman sereal. 

Tanaman Buah
Golongan tanaman buah semusim yang sering dibudidayakan di daerah tropis diantaranya labu, semangka, melon dan tomat. Tanaman ini sifatnya merambat dan berdaun lebar, sehingga mampu menekan pertumbuhan gulma. Cahaya matahari tertutupi oleh dedaunan yang lebar dan lebat, sehingga biji gulma tidak dapat tumbuh ataupun berkecambah. 

Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi, tanaman buah paling baik dibudidayakan setelah pemotongan leguminosa sebagai pupuk dan mulsa organik. Namun tanaman buah semusim dapat ditanam dengan cara tumpangsari dengan sayuran tanpa mengganggu produktifitas, sehingga untuk meningkatkan keuntungan dalam budidaya tanaman buah semusim dilakukan tumpangsari dengan sayuran.

Sayuran 


Untuk pertanian organik yang berkelanjutan, tanaman sayuran merupakan tanaman yang paling menyenangkan untuk dibudidayakan. Selain waktu panen yang lumayan singkat, budidaya sayuran yang beraneka macam dan ditanam dengan cara selang-seling ditiap larikan akan menghasilkan keindahan tersendiri dari keanekaragaman bentuk maupun warna tanaman. 

Kebutuhan nutrisi tanaman sayuran tidak begitu tinggi bila dibandingkan dengan sereal. Sehingga tanaman ini cocok ditanam setelah tanaman sereal atau bahkan saat rotasi tanaman ketiga. Sebagai contoh rotasi empat tanaman adalah; leguminosa > sereal > umbi-umbian > sayuran. Rotasi tersebut diulang terus sepanjang tahun. 




Namun untuk meningkatkan produktifitas dan kualitas dari sayuran yang kita budidayakan, ada baiknya untuk tidak melakukan tumpangsari antara sayuran dengan tanaman buah apabila dilakukan empat tanaman dalam sistem rotasi yang kita pakai. Hal ini dilakukan untuk menekan kompetisi nutrisi makro dan mikro dalam tanah yang mulai menipis setelah penanaman sereal dan umbi-umbian.

Sumber :
Gambar :
http://ridgeviewgardencentre.com/wp-content/uploads/2015/08/119.jpg
http://www.charlesdowding.co.uk/wp-content/uploads/2015/01/feb15-c-journal-by-May-the-new-bed-has-salad-onions-lettuce-picked-already-peas-for-shoots-spinach.jpg
http://resourcegroupsolutions.com/wp-content/uploads/2015/12/root-veggies-coastal.jpg


Minggu, 23 Oktober 2016

Benefit Dari Rotasi Tanaman


Tanilokal - Secara garis besar, rotasi tanaman dilakukan untuk menjaga kesuburan tanah sekaligus menekan masalah penyakit tanaman yang disebabkan oleh kondisi tanah yang buruk seperti busuk akar, serta serangan hama yang disebabkan oleh serangga maupun mikroorganisme tanah.


Cara melakukan rotasi tanaman di lahan pertanian kita adalah dengan menggilir jenis tanaman yang dibudidayakan pada satu petak lahan. Sebagai contoh setelah penanaman jagung, maka tidak boleh menanam jagung di lahan yang sama. 

Aplikasi rotasi dua jenis tanaman yang dapat diaplikasikan diantaranya budidaya leguminosa dan jagung. Leguminosa berfungsi sebagai tanaman sumber pupuk organik dan mulsa. Sehingga setelah dilakukan penanaman leguminosa, jagung akan mendapatkan nutrisi dari penguraian sisa-sisa tanaman legum oleh organisme tanah sehingga menjadi kompos dan bahan organik. Berikut akan dijelaskan langkah-langkah rotasi tanaman dan benefit yang dapat kita peroleh.

Menjaga Kesuburan Tanah


Seperti yang kita ketahui, kunci dari keberhasilan suatu usaha pertanian adalah ketersediaan nutrisi makro dan mikro dalam tanah. Nitrogen, Phospor dan Kalium merupakan golongan nutrisi makro yang dibutuhkan oleh tanaman dalam juimlah besar. 


Sedangkan nutrisi mikro seperti zat besi, boron, mangan, zinc, copper, molybdenum dan chlorine merupakan nutrisi mikro yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang sedikit namun harus ada. Kekurangan dari nutrisi makro dan mikro dapat mengganggu produktifitas tanaman yang kita budidayakan.


Dengan terus melakukan pergantian jenis tanaman dari famili yang berbeda maka kandungan nutrisi makro dan mikro akan berubah, termasuk sifat fisik, biologi dan kimia tanah. penggunaan tanaman leguminosa sebagai tanaman penutup tanah dan difokuskan sebagai sumber bahan organik atau pupuk, maka setelah terurai, tanaman legum akan melepaskan nutrisi makro dan mikro yang dibutuhkan tanaman selanjutnya. 

Famili tanaman seperti leguminosa memiliki kemampuan dalam memfiksasi nitrogen dalam jumlah sangat besar yaitu 50-250kg/ha. Dimana nitrogen tersebut akan tersedia bagi tanaman berikutnya setelah akar tanaman legum terurai di tanah.


Sebenarnya Kemampuan tersebut hanya ada pada tanaman jenis leguminosa yang didapat dari simbiosis antara akar tanaman legum dengan bakteri rhizobium sp. Dengan jumlah nitrogen yang tersedia sebanyak itu, kita mampu bertanam jagung, padi, tomat, buah-buahan maupun sayuran sampai musim panen tanpa perlu tambahan pupuk kimia sintetis seperti urea.

Selain itu daun dan batang tanaman legum juga mengandung phospor dan kalium yang tinggi. Dari satu fungsi tersebut kita sudah mampu merubah masalah sistem pertanian yang paling penting yaitu penggunaan pupuk kimia sintetis seperti urea maupun NPK (Nitrogen, Phospor dan Kalium) secara terus menerus. Sehingga dengan aplikasi rotasi tanaman dari jenis leguim saja kita tidak lagi bergantung dengan keberadaan pupuk kimia sintetis yang kurang bersahabat bagi vegetasi alam.




Sedangkan tanaman dari jenis umbi-umbian seperti wortel, ketela, kentang dan lobak berfungsi dalm memperbaiki struktur tanah. Umbi yang dihasilkan oleh tanaman tersebut memecah struktur tanah yang kompak dan keras, sehingga memungkinkan oksigen dan air lebih mudah masuk ke dalam tanah. 

Untuk tanaman dari jenis rerumputan yang memiliki perakaran serabut dan dalam seperti padi, gandum, oat dan jagung, apabila kita mengurangi aktifitas kultivasi tanah seperti pembajakan, maka saat akar tanaman terurai akan tercipta chanel (saluran) baru yang memudahkan oksigen masuk ke dalam tanah, selain itu kandungan bahan organik juga akan meningkat karena akar jenis tanaman rerumputan sangat mudah terurai di tanah.


Mencegah Penyebaran Penyakit
Bahan organik tanah sangat mempengaruhi keanekaragaman organisme yang hidup di suatu lahan pertanian. Usaha rotasi tanaman yang kita lakukan dengan selalu mengganti tanaman yang dibudidayakan dari famili yang berbeda mengakibatkan jumlah dan jenis kandungan nutrisi dalam tanah terus berubah. 


Perubahan kandungan nutrisi tersebut akan menjadikan populasi organisme yang hidup di lahan tersebut semakin bereaneka ragam. Keragaman organisme tanah inilah yang memegang peranan penting dalam menekan pertumbuhan hama dan penyakit yang diakibatkan oleh organisme pathogen maupun ledakan satu atau dua jenis serangga pemakan tanaman.

Ketika kita mulai beralih dengan membudidayakan satu jenis tanaman sepanjang tahu seperti padi atau jagung tanpa dilakukan rotasi, yang terjadi adalah keanekaragaman organisme tanah akan berkurang. Akibat yang ditimbulkan adalah meledaknya populasi organisme pathogen dan serangga hama pemakan tanaman secara cepat. Dimana pada akhirnya petani menggunakan pestisida untuk mencegah pertumbuhan serangga, dan penggunaan fungisida untuk menekan serangan jamur. 

Pestisida dan fungisida  tersebut seringkali terbuat dari bahan kimia sintetis. Dimana akibat dari penggunaan bahan tersebut akan mengeliminasi keberadaan organisme penghuni lahan tersebut. Selain itu terkadang residu dari bahan kimia yang disebar ke lahan akan menetap dan tidak terurai dalam waktu yang lama.


Ketika residu bahan kimia masih tertinggal di tanah, yang terjadi adalah tanah menjadi steril, yang mengakibatkan petani menjadi ketergantungan dengan penggunaan bahan kimia tersebut dalam melakukan aktifitas pertanian.

Mengontrol Pertumbuhan Gulma
Tanaman dari jenis Brassica seperti sawi-sawian dan bayam, memiliki kandungan bahan kimia yang ramah lingkungan seperti glukosinolat. Glukosinolat yang terdapat dalam tanaman brassica akan terlepas di lingkungan ketika tanaman terurai di tanah. Bahan kimia tersebut bersifat racun bagi beberapa jenis tanaman, jamur, bakteri, nematoda dan serangga tertentu.




Fungsi yang utama dari glukosinolat adalah kemampuannya dalam mencegah berkecambahnya biji-bijian yang ada di permukaan tanah. Sehingga tanaman dari jenis Brassica dikenal sebagai tanaman pencegah tumbuhnya gulma. Namun perlu diingat bahwa glukosinolat baru akan tersedia di tanah ketika tanaman brassica terurai. 


Dengan penggunaan brassica dalam sistem rotasi tanaman kita akan mendapatkan dua keuntungan sekaligus, yaitu mencegah pertumbuhan gulma sehingga mengurangi bahkan meniadakan penggunaan herbisida dari bahan kimia sintetis yang tidak ramah lingkungan, sekaligus menekan perkembangan mikroorganisme tanah penyebab penyakit dari jenis jamur, bakteri, nematoda bahkan serangga.




Selain itu ketika kita membiarkan atau menyebar sisa tanaman seperti jerami di permukaan tanah, maka cahaya matahari tidak dapat sampai ke tanah serta suhu permukaan juga akan lebih dingin. Akibatnya biji gulma tidak akan mampu berkecambah atau tumbuh, karena kebanyakan jenis tanaman gulma tidak dapat tumbuh apabila biji yang ada di permukaan tanah tidak terekspos oleh cahaya matahari maupun suhu tanah yang dingin. 


Maka pada penanaman di lahan yang permukaan tanahnya tertutup oleh mulsa, jerami atau sisa-sisa tanaman, diusahakan untuk menanam benih yang telah tumbuh tunas setidakya telah berdaun 4-5 helai. Karena dikhawatirkan biji tidak dapat tumbuh karena tertutup oleh sisa-sisa tanaman.


Sumber :
Nulik, J. (2009). Kacang Kupu (Clitoria ternatea) Leguminosa Herba Alternatif Untuk Sistem Usahatani Integrasi Sapi dan Jagung Di Pulau Timor. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Nusa Tenggara Timur, Jl. Timor Raya Km 32 Naibonat, Kupang Timur.
Rehman. U. M, Hussain. M, Ali. M, Mustafa. B. Ch, Shafi. J, and Iqbal. S. (2013). Allelophaty of Brassica. A Review. Scientia Agriculture 3(2), 46-53. PSCI Publications. 
Bellostas. N, Kudsk. P. N, Sorensen. J. C, Sorensen. H. Glucosinoilate Hydrolysis Compounds for Weed Control. Natural Sciences Department, The Royal Veterinary and Agricultural University, DK-1872, Frederiksberg, Denmark.
https://www.rhs.org.uk/advice/profile?pid=124
http://www.rodalesorganiclife.com/garden/key-keeping-rich-vegetable-patch
http://www.sare.org/Learning-Center/Books/Crop-Rotation-on-Organic-Farms/Text-Version/Physical-and-Biological-Processes-In-Crop-Production/Crop-Rotation-Effects-on-Soil-Fertility-and-Plant-Nutrition

Gambar :
http://notillveggies.org/wp-content/uploads/2014/01/Tomatoes-in-mulch.png
http://a395.idata.over-blog.com/3/00/20/31/SOLS/galerie-membre-champ-champ-moutarde-02.jpg
http://www.agrivi.com/wp-content/uploads/2015/07/slika2.jpg
http://blog.thbfarm.com/wp-content/uploads/2012/09/15-compost-hands.jpg
http://www.organicfarmingblog.com/wp-content/uploads/croprot-Pix2.jpg




Rotasi Tanaman, Solusi Pertanian Yang Berkelanjutan


Tanilokal - Ledakan populasi hama yang menyerang tanaman pertanian sepanjang tahun, berkurangnya kesuburan tanah akibat pengerasan struktur permukaan tanah, hilangnya vegetasi organisme yang bersimbiosis dengan tanaman dan kemampuan serapan air (infiltrasi) oleh tanah. Kejadian tersebut merupakan dampak dari pola budidaya tanaman pertanian yang dilakukan dengan hanya menanam satu jenis tanaman dari famili yang sama sepanjang tahun.

Dengan pola budidaya satu jenis tanaman sepanjang tahun, maka akan dibutuhkan aktifitas pertanian yang tidak lagi alami. Bahkan seringkali merusak habitat organisme tanah yang bersimbiosis dalam menjaga dan meningkatkan kesuburan tanah.

Apabila kita melakukan budidaya satu jenis tanaman sepanjang tahun, maka aktifitas yang mutlak diperlukan meliputi : 
  1. Aktifitas kultivasi (pengolahan) lahan pertanian dengan mesin berat,  
  2. Proses pembalikan tanah saat dilakukan pembajakan, 
  3. Penggunaan bahan kimia sintetis kedalam sistem
Akibatnya setelah panen tanah akan menjadi kering dan mengeras karena terjadpenguapan air serta terjadi proses penggaraman yang diakibatkan oleh penggunaan pupuk kimia sintetis sumber nitrogen dan phospor secara terus menerus.





Tidak adanya cover crop (tanaman penutup tanah) maupun mulsa (sisa tanaman) yang menutupi permukaan tanah menyebabkan penguapan air di permukaan tanah.  Bakteri, jamur, nematoda dan serangga yang berbahaya bagi tanaman akan tumbuh serta berkembang biak dengan sangat cepat. Hal tersebut dikarenakan kondisi lingkungan tidak lagi cocok untuk organisme yang bersimbiosis dengan tanaman.

Solusi Berkelanjutan Yang Alami


Rotasi tanaman dilakukan untuk menjaga kembali keseimbangan populasi organisme tanah dengan merubah kondisi tanah secara fisik, kimia dan biologi sepanjang tahun. Dengan metode tersebut tidak akan terjadi ledakan populasi organisme pathogen yang berbahaya bagi tanaman. Pergantian jenis tanaman yang dibudidayakan setelah masa panen inilah yang akan menghasilkan kondisi yang sesuai bagi aneka ragam organisme yang hidup di dalam tanah. 

Organisme yang bersimbiosis dengan tanaman akan tumbuh dan berkembang dengan baik, sehingga mampu berkompetisi dan menekan populasi organisme pathogen yang berbahaya. Yang perlu diperhatikan dalam penerapan teknik ini adalah kita berusaha untuk mengembalikan kembali residu atau sisa-sisa tanaman yang dihasilkan pasca panen seperti jerami ke lahan pertanian.

Residu tanaman pasca panen apabila disebar dan dibiarkan di permukaan tanah maka akan menjadi sumber makanan bagi organisme tanah. Leguminosa yang ditanam nantinya akan mendapatkan  nutrisi berupa bahan organik humus dari teurainya jerami yang dimakan oleh organisme tanah.


Contoh sederhana dari rotasi dua jenis tanaman yang dapat diterapkan adalah dengan membudidayakan leguminosa sebagai sumber pupuk nitrogen sebelum penanaman jagung atau padi.

Dengan cara tersebut sirkulasi kehidupan organisme tanah dapat berjalan dengan sangat baik dan tanah akan menjadi semakin subur dari tahun ke tahun. Lebih dari itu hama dan penyakit juga akan berkurang.

Bagaimana Cara Melakukan Rotasi Tanaman ?

Terdapat empat jenis famili tanaman pertanian yang paling umum dibudidayakan di Indonesia, yaitu tanaman sereal seperti jagung dan padi. Untuk tanaman sayuran meliputi bayam, sawi (brassica), kubis, brokoli, selada dan seledri, serta tanaman akar yang meliputi wortel, lobak, bawang, ketela dan kentang. Ketiga macam tanaman tersebut merupakan tanaman utama (cash crop) atau tanaman yang dipanen hasilnya sebagai sumber penghasilan. Dimana jenis tanaman cash crop membutuhkan nutrisi  berupa Nitrogen, Phospor dan Kalium dalam jumlah besar.

Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi tanaman tersebut maka dilakukan penanaman Leguminosa. Beberapa jenis tanaman leguminosa yang dapat dibudidayakan di daerah tropis antara lain; kacang kedelai, kacang hijau, buncvis, alfalfa, kembang telang (Clitoria ternatea) dan kacang lab-lab (lab-lab purpureus). Legum memiliki kemampuan dalam mengikat nitrogen diudara dirubah menjadi senyawa nitrogen yang mampu diserap oleh tanaman dengan bantuan bakteri rhizobium sp.


Aplikasi penggunaan legum sebagai sumber pupuk organik atau tanaman cover crop adalah dengan cara memotong dan membiarkan hijauan legum di permukaan tanah. Rasio Karbon dan Nitrogen legum yang rendah menyebabkan tanaman legum sangat mudah terurai. Dengan cara tersebut, maka organisme akan mulai memakan residu legum dan diurai menjadi senyawa yang mudah diserap oleh tanaman.

Puncak kandungan nitrogen yang tinggi dalam akar tanaman legum adalah saat memasuki fase generatif atau saat berbunga. Selain itu daun, batang dan bunga dari tanaman legum juga penuh dengan nutrisi sehingga ketika terurai akan menjadi sumber nitrogen, phospor dan kalium yang tinggi.


Dikarenakan jagung dan padi merupakan tanaman yang paling banyak membutuhkan nitrogen, maka penanaman leguminosa dilakukan sebelum jagung dan padi. Sedangkan untuk memperbaiki struktur fisik tanah, maka dilakukan budidaya tanaman akar-akaran setelah penanaman sayuran. Untuk tanaman buah-buahan seperti semangka dan melon dapat ditanam dengan sistem tumpangsari dengan tanaman akar-akaran.


Yang perlu diingat adalah selalu mengembalikan residu tanaman di permukaan tanah dan mengurangi proses kultivasi seperti membajak atau membalik tanah agar tidak mengganggu habitat dan rumah dari organisme yang telah tumbuh dan berkembang di dalam tanah.
Program tersebut diulangi setiap tahun, sehingga kondisi tanah akan sesuai bagi beraneka macam organisme tanah, yang pada akhirnya dapat menekan perkembangan organisme pathogen sumber hama dan penyakit yang tumbuh dengan baik pada kondisi lahan yang hanya dilakkan budidaya dari satu jenis tanaman yang sama sepanjang tahun.

Untuk tanaman buah perenial (tahunan) seperti anggur, apel mangga, jeruk dan sebagainya, yang paling baik adalah dengan menanam leguminosa, brassica dan rerumputan. penanaman cover crop tersebut diilakukan dengan cara rotasi bergilir sebagai tanaman penutup tanah. Cover crop tersebut akan meningkatkan kandungan bahan organik, menekan pertumbuhan organisme pathogen, semak (weed), mengundang serangga predator yang akan memakan hama tanaman dan memperbaiki struktur tanah. Sehingga aplikasi rotasi cover crop dapat menekan penggunaan pupuk kimia sintetis, pestisida, herbisida dan kultivasi tanah akibat pengerasan permukaan tanah.

Share ke temanmu apabila bermanfaat. Thanks for reading...

Sumber : 
Mohler, L., Johnson, E. 2009. Crop Rotation on Organic Farms. Natural Resource, Agriculture, and Engineering Service. Cooperative Extension. Ithaca, NY 1485-4557.
FlorentiN, M A., Penalva, M., Calegari, A., Rolf, D. 2011. Green Manure/Cover Crops and Crop Rotation in Conservation Agriculitiure on Small Farms. 

Gambar :
http://agfax.com/wp-content/uploads/corn_soybeans_DF_20140620_0201-890x395.jpg
http://cdn.jitunews.com/dynamic/article/2015/05/05/13451/6YuHh0VWGh.jpg?w=630
http://inweh.unu.edu/wp-content/uploads/2015/06/saline-water.png
http://www.barroncountywi.gov/vertical/Sites/%7B55B35465-9825-4C7F-A839-E0EDFC6408E8%7D/uploads/%7B3FC2EE4B-1485-49DC-A4D2-02AFAB7C10E2%7D.JPG
http://agserviceseeds.com/wp-content/uploads/2014/09/alfalfa.jpg

Beranda pertanian masa kini