Tanilokal - Secara garis besar, rotasi tanaman dilakukan untuk menjaga kesuburan tanah sekaligus menekan masalah penyakit tanaman yang disebabkan oleh kondisi tanah yang buruk seperti busuk akar, serta serangan hama yang disebabkan oleh serangga maupun mikroorganisme tanah.
Cara melakukan rotasi tanaman di lahan pertanian kita adalah dengan menggilir jenis tanaman yang dibudidayakan pada satu petak lahan. Sebagai contoh setelah penanaman jagung, maka tidak boleh menanam jagung di lahan yang sama.
Aplikasi rotasi dua jenis tanaman yang dapat diaplikasikan diantaranya budidaya leguminosa dan jagung. Leguminosa berfungsi sebagai tanaman sumber pupuk organik dan mulsa. Sehingga setelah dilakukan penanaman leguminosa, jagung akan mendapatkan nutrisi dari penguraian sisa-sisa tanaman legum oleh organisme tanah sehingga menjadi kompos dan bahan organik. Berikut akan dijelaskan langkah-langkah rotasi tanaman dan benefit yang dapat kita peroleh.
Menjaga Kesuburan Tanah
Seperti yang kita ketahui, kunci dari keberhasilan suatu usaha pertanian adalah ketersediaan nutrisi makro dan mikro dalam tanah. Nitrogen, Phospor dan Kalium merupakan golongan nutrisi makro yang dibutuhkan oleh tanaman dalam juimlah besar.
Sedangkan nutrisi mikro seperti zat besi, boron, mangan, zinc, copper, molybdenum dan chlorine merupakan nutrisi mikro yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang sedikit namun harus ada. Kekurangan dari nutrisi makro dan mikro dapat mengganggu produktifitas tanaman yang kita budidayakan.
Dengan terus melakukan pergantian jenis tanaman dari famili yang berbeda maka kandungan nutrisi makro dan mikro akan berubah, termasuk sifat fisik, biologi dan kimia tanah. penggunaan tanaman leguminosa sebagai tanaman penutup tanah dan difokuskan sebagai sumber bahan organik atau pupuk, maka setelah terurai, tanaman legum akan melepaskan nutrisi makro dan mikro yang dibutuhkan tanaman selanjutnya.
Famili tanaman seperti leguminosa memiliki kemampuan dalam memfiksasi nitrogen dalam jumlah sangat besar yaitu 50-250kg/ha. Dimana nitrogen tersebut akan tersedia bagi tanaman berikutnya setelah akar tanaman legum terurai di tanah.
Baca juga : Leguminosa, Sumber Pupuk Nitrogen
Sebenarnya Kemampuan tersebut hanya ada pada tanaman jenis leguminosa yang didapat dari simbiosis antara akar tanaman legum dengan bakteri rhizobium sp. Dengan jumlah nitrogen yang tersedia sebanyak itu, kita mampu bertanam jagung, padi, tomat, buah-buahan maupun sayuran sampai musim panen tanpa perlu tambahan pupuk kimia sintetis seperti urea.
Selain itu daun dan batang tanaman legum juga mengandung phospor dan kalium yang tinggi. Dari satu fungsi tersebut kita sudah mampu merubah masalah sistem pertanian yang paling penting yaitu penggunaan pupuk kimia sintetis seperti urea maupun NPK (Nitrogen, Phospor dan Kalium) secara terus menerus. Sehingga dengan aplikasi rotasi tanaman dari jenis leguim saja kita tidak lagi bergantung dengan keberadaan pupuk kimia sintetis yang kurang bersahabat bagi vegetasi alam.
Sedangkan tanaman dari jenis umbi-umbian seperti wortel, ketela, kentang dan lobak berfungsi dalm memperbaiki struktur tanah. Umbi yang dihasilkan oleh tanaman tersebut memecah struktur tanah yang kompak dan keras, sehingga memungkinkan oksigen dan air lebih mudah masuk ke dalam tanah.
Untuk tanaman dari jenis rerumputan yang memiliki perakaran serabut dan dalam seperti padi, gandum, oat dan jagung, apabila kita mengurangi aktifitas kultivasi tanah seperti pembajakan, maka saat akar tanaman terurai akan tercipta chanel (saluran) baru yang memudahkan oksigen masuk ke dalam tanah, selain itu kandungan bahan organik juga akan meningkat karena akar jenis tanaman rerumputan sangat mudah terurai di tanah.
Mencegah Penyebaran Penyakit
Bahan organik tanah sangat mempengaruhi keanekaragaman organisme yang hidup di suatu lahan pertanian. Usaha rotasi tanaman yang kita lakukan dengan selalu mengganti tanaman yang dibudidayakan dari famili yang berbeda mengakibatkan jumlah dan jenis kandungan nutrisi dalam tanah terus berubah.
Perubahan kandungan nutrisi tersebut akan menjadikan populasi organisme yang hidup di lahan tersebut semakin bereaneka ragam. Keragaman organisme tanah inilah yang memegang peranan penting dalam menekan pertumbuhan hama dan penyakit yang diakibatkan oleh organisme pathogen maupun ledakan satu atau dua jenis serangga pemakan tanaman.
Ketika kita mulai beralih dengan membudidayakan satu jenis tanaman sepanjang tahu seperti padi atau jagung tanpa dilakukan rotasi, yang terjadi adalah keanekaragaman organisme tanah akan berkurang. Akibat yang ditimbulkan adalah meledaknya populasi organisme pathogen dan serangga hama pemakan tanaman secara cepat. Dimana pada akhirnya petani menggunakan pestisida untuk mencegah pertumbuhan serangga, dan penggunaan fungisida untuk menekan serangan jamur.
Pestisida dan fungisida tersebut seringkali terbuat dari bahan kimia sintetis. Dimana akibat dari penggunaan bahan tersebut akan mengeliminasi keberadaan organisme penghuni lahan tersebut. Selain itu terkadang residu dari bahan kimia yang disebar ke lahan akan menetap dan tidak terurai dalam waktu yang lama.
Ketika residu bahan kimia masih tertinggal di tanah, yang terjadi adalah tanah menjadi steril, yang mengakibatkan petani menjadi ketergantungan dengan penggunaan bahan kimia tersebut dalam melakukan aktifitas pertanian.
Mengontrol Pertumbuhan Gulma
Tanaman dari jenis Brassica seperti sawi-sawian dan bayam, memiliki kandungan bahan kimia yang ramah lingkungan seperti glukosinolat. Glukosinolat yang terdapat dalam tanaman brassica akan terlepas di lingkungan ketika tanaman terurai di tanah. Bahan kimia tersebut bersifat racun bagi beberapa jenis tanaman, jamur, bakteri, nematoda dan serangga tertentu.
Fungsi yang utama dari glukosinolat adalah kemampuannya dalam mencegah berkecambahnya biji-bijian yang ada di permukaan tanah. Sehingga tanaman dari jenis Brassica dikenal sebagai tanaman pencegah tumbuhnya gulma. Namun perlu diingat bahwa glukosinolat baru akan tersedia di tanah ketika tanaman brassica terurai.
Dengan penggunaan brassica dalam sistem rotasi tanaman kita akan mendapatkan dua keuntungan sekaligus, yaitu mencegah pertumbuhan gulma sehingga mengurangi bahkan meniadakan penggunaan herbisida dari bahan kimia sintetis yang tidak ramah lingkungan, sekaligus menekan perkembangan mikroorganisme tanah penyebab penyakit dari jenis jamur, bakteri, nematoda bahkan serangga.
Selain itu ketika kita membiarkan atau menyebar sisa tanaman seperti jerami di permukaan tanah, maka cahaya matahari tidak dapat sampai ke tanah serta suhu permukaan juga akan lebih dingin. Akibatnya biji gulma tidak akan mampu berkecambah atau tumbuh, karena kebanyakan jenis tanaman gulma tidak dapat tumbuh apabila biji yang ada di permukaan tanah tidak terekspos oleh cahaya matahari maupun suhu tanah yang dingin.
Maka pada penanaman di lahan yang permukaan tanahnya tertutup oleh mulsa, jerami atau sisa-sisa tanaman, diusahakan untuk menanam benih yang telah tumbuh tunas setidakya telah berdaun 4-5 helai. Karena dikhawatirkan biji tidak dapat tumbuh karena tertutup oleh sisa-sisa tanaman.
Sumber :
Nulik, J. (2009). Kacang Kupu (Clitoria ternatea) Leguminosa Herba Alternatif Untuk Sistem Usahatani Integrasi Sapi dan Jagung Di Pulau Timor. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Nusa Tenggara Timur, Jl. Timor Raya Km 32 Naibonat, Kupang Timur.
Rehman. U. M, Hussain. M, Ali. M, Mustafa. B. Ch, Shafi. J, and Iqbal. S. (2013). Allelophaty of Brassica. A Review. Scientia Agriculture 3(2), 46-53. PSCI Publications.
Bellostas. N, Kudsk. P. N, Sorensen. J. C, Sorensen. H. Glucosinoilate Hydrolysis Compounds for Weed Control. Natural Sciences Department, The Royal Veterinary and Agricultural University, DK-1872, Frederiksberg, Denmark.
https://www.rhs.org.uk/advice/profile?pid=124
http://www.rodalesorganiclife.com/garden/key-keeping-rich-vegetable-patch
http://www.sare.org/Learning-Center/Books/Crop-Rotation-on-Organic-Farms/Text-Version/Physical-and-Biological-Processes-In-Crop-Production/Crop-Rotation-Effects-on-Soil-Fertility-and-Plant-Nutrition
Gambar :
http://notillveggies.org/wp-content/uploads/2014/01/Tomatoes-in-mulch.png
http://a395.idata.over-blog.com/3/00/20/31/SOLS/galerie-membre-champ-champ-moutarde-02.jpg
http://www.agrivi.com/wp-content/uploads/2015/07/slika2.jpg
http://blog.thbfarm.com/wp-content/uploads/2012/09/15-compost-hands.jpg
http://www.organicfarmingblog.com/wp-content/uploads/croprot-Pix2.jpg
Tidak ada komentar:
Posting Komentar