Kamis, 10 November 2016

HOW PLANTS WORK The science behind the amazing things plants do (2015), by Linda Chalker-Scott, a Review




In her recent book Linda Chalker-Scott makes plant physiology accessible to anyone interested in gardening knowledgeably, efficiently and economically.  Examples of some questions Chalker-Scott addresses are:

·         How do you garden so that you use less fertilizer and fewer pesticides?
·         If phytohormones control everything from growth to reproduction and death in plants, how can we as gardeners help them do their job?
·         How do plants tell time, move to follow the sun and change color?
·         Nitrogen…where does it come from and how much do plants need?

Linda Chalker-Scott, plant physiologist, horticulturist and extension specialist at Washington State University spells out how plants do what they do. 
She clearly explains:
·         how plant cells work;
·         the workings behind roots and mycorrhizal fungi including why, when and how to mulch;
·         the facts behind NPK fertilizers and the details of the nutrients and minerals plants need;
·         how plants transform sunlight into sugar;
·         anthocyanins and how they protect plants, help them retain water and cause leaves to change color;
·         pruning and staking basics – how, when and where, and
·         plant sex – from ferns and mosses to bulbs, corms, tubers, flowers and berries.

Chalker-Scott writes in an accessible and entertaining way that engages both experienced and novice gardeners.  Included are many photos and examples.

Also by Linda Chalker-Scott, THE INFORMED GARDENER (2008).  In this science-based book, Chalker-Scott busts dozens of myths about gardening.  A few are:
·         the myth of organic superiority;
·         the myths of soil amendments, phosphate fertilizers, bonemeal and hydrogels
·         and the myths of landscape fabrics, clean compost and ‘pretty’ mulch. 

Each myth is followed by an extensive list of peer-reviewed references in which the authors are writing for an academic audience.

Linda Chalker-Scott was the keynote speaker at the first Statewide Colorado Master Gardener Conference on Oct 2-4, 2016.  Her books were highly recommended by the attending CSU professors and extension agents. Other books by Chalker–Scott are The Informed Gardener Blooms Again and Sustainable Landscapes and Gardens: Good Science, Practical Application.

Article by: Molly Niven, Master Gardener

Panduan Menanam Pepaya California

Mengenal Tanaman Pepaya Calina IPB-9

Sebenarnya sebutan pepaya California berasal dari nama produk benih pepaya hasil pemuliaan PKBT-IPB dengan nama Calina IPB-9. Ketika mulai diproduksi, masyarakat menyebut Calina IPB-9 dengan nama pepaya California dikarenakan adanya kemiripan diantara kedua buah tersebut. Ciri Calina IPB-9 yaitu memiliki bentuk buah lonjong dengan ukuran 0,8-2 kg, berkulit tebal serta daging buah yang kenyal dan tebal serta warna buah kuning dengan rasa yang manis. 

Kalau melirik sejarahnya, pepaya merupakan tanaman yang berasal dari daerah Amerika tropis, tepatnya di Meksiko bagian selatan dan Nikaragua. Untuk di daerah Indonesia tanaman pepaya tumbuh dengan baik di dataran rendah sampai dataran tinggi 1.000 m di atas permukaan laut.

Agar produktifitas tanaman pepaya yang kita budidayakan dapat maksimal dan sehat, maka tanaman pepaya harus mendapatkan cahaya penuh atau tidak tertutupi oleh tanaman yang lebih tinggi. Dimana tanaman pepaya yang mendapatkan cahaya penuh akan lebih cepat berbunga dan berbuah, sekaligus mempercepat proses pemasakan pada buah.

Untuk curah hujan yang sesuai bagi tanaman pepaya berkisar antara 1.500-2.000 mm per tahun. Suhu optimal untuk pertumbuhan tanaman pepaya berkisar antara 22-26C, dengan suhu minimum 15C dan suhu maksimum 43C. Dengan mengetahui kriteria kebutuhan kondisi lingkungan tersebut, maka kita dapat memaksimalkan keberhasilan dari budidaya tanaman pepaya California. 

Tahapan Budidaya Pepaya California
Budidaya pepaya california (Carica papaya L) yang paling umum dilakukan dengan cara generatif melalui biji. Persiapan biji  dapat dilakukan dengan cara mengambil biji dari buah pepaya atau untuk bisa juga kita dapatkan dari toko pertanian maupun secara online. 

Perlakuan untuk biji yang kita ambil dari buah adalah dengan cara melepaskan biji dari kulit arinya terlebih dahulu. Setelah biji terlepas dari kulit arinya, cuci biji tersebut kemudian tata di atas kertas koran. Setelah biji tersebut kering maka biji siap untuk ditanam di media persemaian maupun dapat disimpan di dalam toples atau plastik. 

Persiapan Benih Pepaya California
Biji yang telah kita dapatkan selanjutnya ditanam dalam media persemaian hingga tinggi tanaman sekitar 20 cm atau berumur 1,5-2 bulan. Saat proses persemaian, nantinya kita sekaligus melakukan persiapan lahan dengan cara menanam leguminosa semak sebagai cover crop. Langkah persemaian benih adalah sebagai berikut :

- Siapkan Polybag ukuran 8X10 cm,
- Isi polybag dengan campuran pupuk kompos dan tanah dengan perbandingan 1:1
- Buat lubang tanam dengan menggunakan pensil dengan kedalaman 1 cm
- Letakkan biji pepaya california kedalam lubang, tutup dengan tanah.
- Siram dengan air secukupnya.

Untuk menjaga agar tanaman tidak rusak karena terkena air hujan, ada baiknya media persemaian diberi naungan, sehingga keberhasilan dari benih yang kita hasilkan dapat maksimal.

Persiapan Benih Cover Crop
Siapkan media semai berupa seed tray atau nampan yang telah diisi dengan pupuk kompos. Tanam biji kedelai kemudian siram dengan air secukupnya. Penyiraman cukup sekali hingga biji berkecambah. Penyiraman yang berlebihan pada biji kedelai sebelum berkecambah dapat mengakibatkan pembusukan pada biji. Tanaman dapat dipindah ke lahan setelah mulai tumbuh 2 helai daun.

Persiapan Lahan
Dikarenakan metode yang kita gunakan disini adalah pertanian organik yang terpadu, maka kita mencoba untuk tidak menggunakan bahan kimia sintetis baik berupa pupuk, pestisida, fungisida maupun herbisida. Untuk pupuk kita gunakan pupuk organik, baik berupa pupuk kompos, kotoran ternak (ayam, kambing, domba), pupuk kandang maupun pupuk hijau. 

Pada tahapan persiapan lahan ini dilakukan bersamaan dengan waktu pembenihan. Setelah benih selesai kita tanam di polybag, kita lakukan persiapan lahan untuk budidaya pepaya kita secara organik. Tahapan yang dilakukan meliputi;

Pemetaan lahan
Jarak tanam antar pohon 2,5 m X 2,5 m atau 2,5 m X 3 m. Dengan luasan daerah bebas gulma 60 cm. Dimana sepanjang lokasi daerah bebas gulma tersebut kita tutupi dengan jerami padi untuk menjaga agar tanah tetap lembab sekaligus mencegah erosi.

Sedangkan untuk lahan kosong jarak antar barisan tanaman pepaya nantinya kita gunakan untuk menanam cover crop dari jenis leguminosa dan sawi. Fungsi dari penanaman cover crop adalah untuk meningkatkan kandungan nitrogen dan unsur hara makro maupun mikro di tanah. Dengan metode tersebut maka kita tidak perlu penambahan pupuk kimia sintetis NPK. 

Penanaman cover crop
Untuk daerah penanaman cover crop kita sebar kertas kardus atau karton di seluruh permukaan tanah. Selain kardus kita juga bisa menggunakan 3 tumpukan kertas koran. Siram kertas tersebut dengan air hingga basah. 

Tuangi dengan pupuk kompos hingga ketebalan mencapai 10 cm. Kemudian tutup dengan jerami padi hingga ketebalan mencapai 15 cm. Siram dengan air secukupnya sambil ditekan-tekan dengan menggunakan tangan agar tekstur tumpukan jerami lebih kompak. 

Tanam benih cover crop berupa kacang kedelai dengan cara menyingkirkan sedikit tumpukan jerami agar pupuk kompos dapat terlihat. Lepaskan benih dari media persemaian kemudian masukkan benih ke dalam pupuk kompos. Padatkan tanah, siram dengan air secukupnya. Jarak tanam untuk cover crop yaitu 25 cm X 25 cm.

Penanaman
Setelah tanaman pepaya berumur 1,5 bulan buat lubang tanam di lahan yang telah kita siapkan. Ukuran lubang tanam untuk tanaman pepaya yaitu 60X60X50 cm. Campur tanah lubang tanam dengan pupuk kompos perbandingan 1:1. Biarkan campuran tanah dan pupuk kompos tersebut di atas permukaan tanah hingga waktu tanam tiba.

Setelah benih berumur 2 bulan serta tanaman cover crop juga mulai mengeluarkan bunga, maka tanaman pepaya siap dipindah ke lahan. Tahapan pertama adalah pemotongan cover crop hingga permukaan tanah. Biarkan sisa tanaman cover crop tersebut di permukaan tanah yang nantinya akan menjadi pupuk hijau sekaligus mulsa organik penutup tanah. Terurainya tanaman cover crop tersebut nantinya akan menyediakan unsur hara bagi tanaman pepaya yang kita tanam. 

Lepaskan benih pepaya dari polybag, kemudian masukkan benih ke dalam lubang tanam, tutup dengan campuran tanah dan kompos. Siram dengan air secukupnya.

Pemupukan
Setelah tanaman berumur 3 bulan, lakukan pemupukan pada tanaman pepaya dengan cara menebar pupuk kompos sebanyak 10-15 kg tiap pohonnya. Pemberian pupuk kompos dilakukan dengan cara membuat bedengan melingkar ukuran 20 cm disekitar tanaman dengan jarak 30 cm dari pohon. Sebarkan pupuk kompos di bedengan tersebut, kemudian tutup dengan jerami. Lakukan penyiraman apabila tanah mulai mengering. 

Penanaman cover crop tahap kedua dilakukan bersamaan pada saat pemberian pupuk kompos. Singkirkan tumpukan bekas tanaman kedelai yang belum teurai, buat larikan dengan lebar 10 cm, dimana jarak antar larikan 25 cm. Tanam biji sawi pada larikan tersebut dengan jarak tanam 25 cm. 

Nantinya setelah tanaman sawi berbunga, lakukan pemotongan pada tanaman sawi tersebut sampai permukaan tanah, kemudian biarkan sisa tanaman di permukaan tanah sebagai pupuk hijau sekaligus mulsa organik. Ulangi langkah tersebut dengan merotasikan kacang kedelai dan sawi sebagai sumber pupuk dan mulsa penutup tanah anti gulma.

Panen 
Dengan manajemen perawatan yang baik, tanaman pepaya akan mulai berbuah saat berumur 8-9 bulan. Ciri buah yang telah matang adalah yang memiliki garis-garis atau semburat warna kuning di kulitnya. Agar buah yang dihasilkan baik dan tanaman tetap sehat, panen dilakukan dengan cara memotong tangkai buah menggunakan pisau tajam. Buah yang telah terkumpul kemudian dibungkus dengan kertas koran dan diletakkan di ruangan yang terlindung dengan diberi alas plastik.


Sumber :
Purnomo, J. 2012. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah. Bukit Tegalepek Kotak Pos 101, Ungaran.
Ni Luh, P. I., Affandi dan S. Diah. 2008. Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika. Jl. Raya Solok-Aripan, Km 8. Sumatera Barat.
Widianingsih, A dan K. W. Yayah. 2007. Analisis Usahatani Pepaya California Berdasarkan Standar Prosedur Operasional (Kasus di Desa Pasirgaok, Kecamatan Rancabungur, Bogor, Jawa Barat).  

Gambar :
http://8villages.com/full/petani/article/id/57845efd094393f967ff107b

Selasa, 08 November 2016

Cara Budidaya Tomat Secara Organik

Setiap hari kita hampir memakan buah yang satu ini. Yap.. tomat merupakan golongan buah-buahan, lebih tepatnya buah yang sering kita gunakan sebagai campuran dalam sayuran. Tanaman tomat sebenarnya bukan asli dari Indonesia. Tomat yang memiliki nama ilmiah Lycopersicon esculentum L, merupakan tanaman asli Amerika Tengah dan Selatan. Namun saat ini tanaman tomat sudah menyebar di seluruh dunia.

Buah tomat selain segar dan membuat masakan semakin lebih sedap, buah yang satu ini juga kaya akan vitamin A dan vitamin C. Warna merah pada tomat menandakan tingginya kandungan karotenoid, sedangkan vitamin C pada tomat dicirikan dengan sedikit rasa masam yang khas.

Persiapan lahan 
Dikarenakan sistem yang kita gunakan merupakan sistem pertanian terpadu yang berkelanjutan, maka penggunaan input bahan kimia sintetis dikurangi sedemikian rupa. Seperti yang telah kita pelajari tentang pentingnya Rotasi Tanaman, Solusi Pertanian Yang Berkelanjutan, hindari penanaman tomat di lahan yang pada musim sebelumnya juga merupakan lokasi penanaman tomat agar tidak terkena serangan penyakit soilborne disease.

Berikut penjelasan pembuatan petak lahan yang akan kita gunakan untuk penanam tomat.


Bahan yang digunakan untuk pembuatan lahan penanaman tomat berupa kayu, kertas kardus atau karton, pupuk kompos dan jerami padi. Langkah-langkah pembuatan lahan penanaman tomat sebagai berikut;
-  Siapkan 2 buah kayu dengan ukuran 200X40 cm dan 2 buah kayu ukuran 400x40 cm. ukuran panjang kayu dapat disesuaikan. Penggunaan kayu tersebut hanya untuk membuat tampilan menjadi lebih rapi. Penggunaan kayu tersebut sifatnya tidak wajib. Kita tetap bisa membuat lokasi tanam tanpa menggunakan kayu sebagai pembatas.  
- Letakkan kertas kardus di seluruh lokasi penanaman dengan ukuran 4X2 meter. Siram kertas kardus tersebut dengan air hingga basah
- Tuangkan pupuk kompos di atas kertas karton yang sudah dibasahi hingga ketinggian pupuk kompos mencapai 15 cm. Siram dengan air secukupnya
- Sebarkan jerami padi diatas permukaan pupuk kompos, tekan-tekan dengan menggunakan tangan sehingga jerami padi menjadi lebih kompak dan tidak beterbangan ketika terkena angin. Isitirahatkan lahan tersebut setidak 1 minggu.


- Saat melakukan penanaman benih di lahan, pasang lanjaran berupa kayu disetiap lubang tanam dengan panjang 2 meter untuk membantu tanaman tomat merambat ke atas. Metode ini disebut dengan indeterminate tomato, yaitu menanam tomat dengan hanya memelihara satu cabang primer. Dengan metode ini tanaman akan tumbuh memanjang ke atas, sekaligus kematangan buah yang dihasilkan akan lebih seragam.  

Fungsi dari jerami yang kita sebar di permukaan pupuk kompos diantaranya agar tanah tetap lembab, menjaga agar tidak terjadi pencucian unsur hara yang ada di tanah dan mengurangi evaporasi. Selain itu dengan adanya jerami, maka sinar matahari tidak dapat sampai ke permukaan tanah, hasilnya gulma dan rerumputan tidak akan tumbuh. 

Pembenihan
Tanaman tomat pada umumnya dibudidayakan melaui biji. Namun untuk mendapatkan hasil buah yang maksimal dan berkualitas, ada baiknya menggunakan biji yang diproduksi oleh produsen benih. Kita dapat dengan mudah mendapatkan biji tomat dari beragam varietas melalui toko pertanian maupun secara online. 

Ada 2 tahapan untuk menanam tomat dengan keberhasilan yang tinggi. Pertama kita tumbuhkan biji di media persemaian terlebih dahulu.


Caranya adalah siapkan biji tomat yang telah kita beli. Siapkan seed tray atau media semai yang telah diisi dengan pupuk kompos. Taruh 2-3 biji tomat pada tiap lubang, tekan biji tersebut dengan menggunakan jari secara perlahan hingga masuk kedalam media sekitar 1 cm. Siram dengan air secukupnya. Setelah 1 minggu biasanya tomat akan mulai tumbuh dan siap dipindah di media yang lebih luas.

Tahapan kedua adalah pemindahan benih tomat ke lahan pertanian. Siapkan lubang tanam dengan ukuran 30X30X30 cm. Keluarkan benih tomat dari seed tray, masukkan benih ke lubang tanam, tutup dengan kompos, kemudian padatkan tanah dan siram dengan air secukupnya. Jarak tanam yang direkomendasikan untuk tanaman tomat adalah 80X80 cm.

Pemangkasan
Terdapat dua jenis sistem penanaman tomat yang populer di Amerika dan Eropa. Sistem tersebut dikenal dengan nama Determinate dan indeterminate. Perbedaan dari kedua sistem ini adalah pada bentuk tanaman serta aktifitas pemangkasan. Pada sistem determinate tanaman akan tumbuh rimbun dengan memiliki banyak cabang primer.


Sedangkan pada sistem indeterminate tanaman akan tumbuh merambat ke atas dan hanya memiliki satu cabang primer. Selain itu buah yang dihasilkan oleh sistem indeterminate memiliki kematangan yang lebih seragam. 

Dengan hanya memelihara satu cabang primer, maka serangan hama dan penyakit dapat ditekan sedemikian rupa. Hal tersebut dikarenakan aliran udara dan intensitas cahaya matahari yang diterima oleh tanaman lebih tinggi dibandingkan dengan sistem determinate.

Pemupukan
Lakukan pemupukan setelah tanaman berumur 2 bulan dengan cara menambahkan pupuk kompos di atas tumpukan jerami. Untuk meningkatkan kandungan nitrogen di tanah, kita juga bisa melakukan tumpang sari dengan cara menanam leguminosa atau kacang-kacangan saat tanaman tomat berumur 1 bulan. Seperti yang telah kita ketahui, tanaman legum memiliki kemampuan dalam menyerap nitrogen diudara dengan bantuan bakteri rhizobium sp.


Ketika perakaran tanaman legum tersebut terurai, maka perakaran tanaman legum akan melepaskan nitrogen yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman di sekitarnya. Sedangkan bagian tanaman mulai dari batang, daun dan bunga akan berfungsi sebagai pupuk hijau dan mulsa penutup tanah. Jarak tanam legum dari tanaman tomat adalah 25X25 cm. Ketika tanaman legum mulai berbunga, lakukan pemotongan pada tanaman legum sampai permukaan tanah dan biarkan bekas potongan di tempatnya. 

Sumber :
Balai Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian 
http://www.charlesdowding.co.uk/forums/topic/tomato-recommendation/
Ferrandino, F. 2012. Pruning Tomatoes. Department of Plant Pathology and Ecology. Agricultural Experiment Station. New Haven, Connecticut.
Widowati, R. 2000. Bercocok Tanam Tomat. Departemen Pertanian. Liptan (13). Samarinda.
http://www.reneesgarden.com/articles/grow-tomato.htm

Gambar :
http://www.agraz.com/blog/wp-content/uploads/2013/07/meT6hHG1.jpg
http://organicsoiltechnology.com/wp-content/uploads/determinate-verses-indeterminate-tomato-plant-8.jpg 
http://www.motherearthnews.com/~/media/Images/MEN/Editorial/Articles/Magazine%20Articles/1980/03-01/Starting%20Tomatoes%20From%20Seed/062%20starting%20tomatoes%20from%20seed%20-%20Fotolia1.jpg
http://www.tomatodirt.com/images/PlantingTomatoes.jpg
https://s-media-cache-ak0.pinimg.com/originals/b6/3d/5f/b63d5fd989d1f4f061413ec88caac9aa.jpg
http://www.covingtonriverestate.com/Raised_Tomato_Beds_-_web_lg.JPG

Senin, 07 November 2016

CARA MUDAH MEMBUAT PUPUK KOMPOS

Untuk menghasilkan tanaman yang sehat, tidak mudah terserang hama maupun penyakit, serta memiliki hasil panen yang tinggi diperlukan tanah yang memiliki kandungan unsur hara makro dan mikro yang seimbang.

Unsur hara makro yang dibutuhkan tanaman diantaranya Nitrogen (N), Phospor (P) dan Kalium (K). Sedangkan unsur hara mikro meliputi Molibdenum (Mo), Besi (Fe), Boron (B), Seng (Zn), Mangan (Mn), Tembaga (Cu), dan Khlor (Cl).

Unsur tersebut tersedia lengkap di tanah yang memiliki kandungan bahan organik yang tinggi. Apabila kita melihat sejenak apa yang terjadi di hutan, maka tanaman dapat tumbuh subur dan bebas dari penyakit tanpa adanya campur tangan manusia. Kemampuan tersebut muncul karena keseimbangan unsur hara makro dan mikro di tanah. Selain itu keanekaragaman hayati serta organisme di hutan yang begitu kompleks juga mempengaruhi kemampuan tanaman dalam mengatasi serangan penyakit dengan sendirinya.

Bagaimana cara kita membuat lahan pertanian dapat menjadi subur seperti yang terjadi di hutan ? 

Disini kita akan membahas tentang membuat kondisi tanah kita setidaknya mirip dengna tanah di hutan yaitu dengan membuat pupuk kompos. Tanah di hutan maupun pupuk kompos memiliki kandungan unsur hara makro dan mikro yang seimbang diikuti dengan keberadaan organisme yang menjaga kesuburan tanah tersebut.

Pupuk kompos pada dasarnya terbuat dari penguraian sisa-sisa tanaman, mulai dari daun, batang, akar, bunga dan buah. Selain itu pupuk kompos juga mengandung kotoran hewan dan organisme tanah yang telah mati. Kombinasi dari penguraian ketiga bahan tersebut menghasilkan sebuah produk yaitu pupuk kompos dengan kandungan bahan organik yang tinggi serta unsur hara makro dan mikro yang lengkap. 

Ciri pupuk kompos yang telah matang dan memiliki unsur hara makro serta mikro yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman diantaranya; berwarna gelap, tidak panas, bertekstur remah, dan beraroma tanah. Apabila kita melihat pupuk kompos tersebut di bawah mikroskop, maka kita akan menemui kehidupan mikroorganisme yang beranekaragam. Mikroorganisme tersebutlah yang merombak tiga bahan tersebut menjadi produk yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman.


Untuk dapat membuat pupuk kompos dengan kandungan unsur hara yang lengkap dan seimbang, pertama kita perlu memahami rasio bahan sumber Karbon (C) dan Nitrogen (N). Pupuk kompos yang baik memiliki nisbah C:N yang sama dengan tanah yaitu < 20. Sedangkan bahan penyusun pupuk kompos yang belum mengalami penguraian memiliki nisbah C:N > 30. Untuk itu perlu dilakukan proses pengomposan agar unsur hara makro dan mikro yang dibutuhkan oleh tanaman dapat tersedia.

Bahan sumber Karbon pada dasarnya semua bahan yang sifatnya kering seperti batang, kertas, jerami padi yang berwarna kuning kecoklatan, sekam, kardus dan karton. Sedangkan bahan sumber Nitrogen adalah hijauan segar, seperti dedaunan, rumput, kulit buah, buah dan batang tanaman yang masih hijau. Agar proses penguraian bahan tersebut berlangsung cepat maka kita perlu memotong bahan-bahan tersebut menjadi ukuran yang kecil. Selain itu usahakan bahan-bahan tersebut tetap lembab selama proses pengomposan dengan cara menyirami dengan air sekucupnya sambil dibalik tiap 10 hari.

Komposisi Rasio C : N yang baik adalah 1:1. Terlalu banyak penggunaan bahan sumber C menyebabkan bahan menjadi lama terurai, sedangkan apabila terlalu banyak bahan sumber N maka produk akan terlalu basah dan beraroma tidak sedap. 



Untuk memudahkan proses pengomposan, maka selalu sediakan bahan sumber C di dekat lokasi pengomposan. Sehingga ketika bahan sumber N sudah terkumpul maka kita dapat langsung mencampur dengan bahan sumber N yang tersedia.

Dari beragam jenis metode pengomposan yang penulis ketahui, metode yang paling efisien adalah metode on-ground. Dalam metode ini tempat pengomposan berupa kotak kayu yang dibentuk sedemikian rupa sehingga terdapat rongga untuk aliran udara serta diberi atap agar kompos tidak terkena air hujan. Material pupuk juga langsung bersentuhan dengan tanah, sehingga cacing tanah dapat dengan mudah masuk ke dalam tempat pengomposan.


Selain murah, metode ini hampir digunakan oleh semua petani organik di Amerika dan Eropa. Dengan model tempat pengomposan dari kayu seperti itu, maka apabila ada material baru yang akan dikomposkan, kita bisa langsung menuangkan bahan-bahan diatasnya.  

Dengan pembalikan material pupuk secara rutin yaitu 2 minggu sekali sekaligus dilakukan penyiraman apabila terlalu kering, maka pupuk akan matang dan siap dipakai antara 4-6 bulan. Selain itu semakin sering kita melakukan pembalikan material, maka semakin cepat pula proses pengomposan yang terjadi. Dimana kompos yang sudah matang akan berwarna gelap, dan bertekstur remah yaitu tidak terlalu basah dan tidak terlalu kering. Semakin sedikit sisa tanaman yang terlihat, maka kualitas kompos semakin baik. Hal tersebut menandakan bahwa proses pengomposan berlangsung dengan maksimal. 

Bagikan ke temanmu apabila bermanfaat, 
Be Smart, Be Organic... thanks for reading guys...

Sumber:
Schwarz, M and B. Jean. 2011. Composting at Home - The Green and Brown Alternative. Cornell Waste Management Institute. Cornell University. Bradfield Hall. Ithaca, NY 141853.
www.toronto.ca/compost/

Gambar :
http://mahb.stanford.edu/wp-content/uploads/cc_resize/new-life-e1415664620365-960x450.jpg
http://gardenerd.com/wp-content/uploads/2013/10/IMG_6223.jpg
http://www.vegetablegardener.com/assets/uploads/posts/3637/kg22-making-compost-06_lg.jpg
http://st.hzcdn.com/simgs/b621eddd018ae782_4-3311/contemporary-compost-bins.jpg

Kamis, 03 November 2016

CARA MENANAM APEL SECARA ORGANIK


Kita pastinya sudah mengenal dan pernah memakan buah apel (Malus domestica). Rasa buah yang manis sedikit masam, dengan tekstur buah yang renyah dan sedikit berair. Warna kulit buah apel juga bermacam-macam, mulai dari yang berwarna merah, hijau, kuning, merah kekuningan, dan merah kehijauan dengan aroma wangi yang unik.  Jenis apel yang paling banyak berkembang di Indonesia diantaranya; Rome Beauty, Manalagi dan Anna .

Apel mengandung serat yang mampu menurunkan kadar kolesterol darah dan resiko penyakit jantung koroner. Terdapat dua jenis serat yang ada dalam apel, yaitu serat tak larut yang berfungsi mengikat kolesterol LDL dalam saluran cerna. Serat larutnya yang berupa pektin akan mengurangi produksi kolesterol LDL di hati, menurunkan kolesterol dan mampu mengatasi diare.

Sejarah tanaman apel di Indonesia
Kalau kita melihat dari segi sejarah, tanaman apel pada dasarnya merupakan tanaman buah tahunan (perennial) yang berasal dari daerah subtropis. Di Indonesia daerah sentra budidaya apel yang paling terkenal ada di Jawa Timur, khususnya di Kabupaten Malang, tepatnya di daerah Batu dan Poncokusumo. Selain itu pengembangan apel juga menyebar hingga Pasuruan di daerah Nongko Jajar serta beberapa daerah di Indonesia Timur seperti NTT, Bali dan Papua. 

Tanaman apel masuk ke Indonesia sekitar tahun 1930 yang dibawa oleh orang Belanda yang menanamnya di daerah Nongkojajar, Pasuruan. Kemudian pada tahun 1953, Lembaga Penelitian Hortikultura, yang dahulu bernama Bagian Perkebunan Rakyat mendatangkan apel jenis Rome Beauty dan Princes Noble. Selanjutnya tahun 1960 mulai banyak tanaman apel yang terus berkembang hingga sekarang. 

Kondisi Lingkungan
Dikarenakan tanaman apel bukan tanaman asli Indonesia, maka kita mencontoh kondisi lingkungan yang sama dengan daerah asalnya. Di Indonesia atau daerah tropis, tanaman apel akan tumbuh baik pada ketinggian 700-1200 m di atas permukaan laut atau di daerah pegunungan. Untuk memaksimalkan produktifitas tanaman apel, maka setidaknya curah hujan antara 110-150 hari/tahun. Dengan keadaan tersebut dapat disimpulkan bahwa tanaman apel membutuhkan kondisi cuaca yang dingin dan basah. 

Budidaya apel secara organik


Agar produktivitas tanaman apel bisa maksimal, maka kebutuhan hara Nitrogen, Phospor dan Kalium harus tersedia dalam jumlah yang cukup. Begitupula kebutuhan hara mikro lainnya. Pada dasarnya kebutuhan nitrogen tanaman apel tahun pertama berkisar antara 60-100g/pohon. Dimana penyerapan unsur hara yang paling besar adalah pada saat awal pertumbuhan pasca rontok daun atau setelah pemangkasan dan saat pertumbuhan buah. 

Seperti yang sudah kita pelajari, bahwa tanaman jenis leguminosa mampu memfiksasi nitrogen di udara. Jumlah fiksasi nitrogen oleh legum juga bervariasi, mulai dari 80-250 kg N/ha/th. Dimana nitrogen tersebut akan tersedia bagi tanaman lain setelah dilakukan pemotongan dan terurainya sistem perakaran legum. 

Umur pemotongan legum semak adalah saat mulai berbunga atau umur 60 HST (hari setelah tanam). Maka penanaman legum semak dilakukan 2 bulan sebelum rontok daun dan saat tanaman apel mulai berbunga. 
Beberapa jenis tanaman legum yang dapat dijadikan sebagai pupuk hijau diantaranya alfalfa, kembang telang, kacang kedelai dan sentro. Jarak tanam legum dari pohon apel adalah 60 cm. Tanaman legum tersebut ditanam di seluruh permukaan lahan tempat budidaya apel sebagai tanaman penutup tanah (cover crop) .

Lakukan rotasi tanaman cover crop dari jenis leguminosa, rerumputan dan sawi sebagai sumber pupuk hijau. Dengan melakukan teknik rotasi, maka pertumbuhan hama dan penyakit dapat dihindari. Selain itu keanekaragaman organisme yang hidup di lahan atau perkebunan kita akan semakin banyak. 

Untuk mendapatkan keuntungan berupa unsur hara makro dan mikro dari tanaman cover crop adalah dengan dipotong dan dibiarkan terurai di permukaan tanah pada saat menjelang berbunga. Hal tersebut dilakukan karena kandungan nutrien tanaman cover crop mencapai puncaknya pada saat berbunga (fase generatif). 

Tanaman jenis rerumputan yang cocok ditanam di kebun apel diantaranya rumput gajah (Pennisetum purpureum), rumput benggala (Panicum maximum) dan rumput setaria (Setaria sphacelata). Unuk tanaman jenis rerumputan perlakuan dalam pemotongan perlu diperhatikan. Karena tanaman tersebut dapat tumbuh kembali setelah pemotongan, maka cara pemotongannya adalah dengan menggunakan cangkul dan memotong sampai permukaan tanah. 

Dengan teknik tersebut maka batang dan akar tanaman akan terlepas. Kemudian biarkan hasil potongan rumput maupun legum tersebut di permukaan tanah. Sehingga rerumputan tidak akan tumbuh kembali dan menjadi pupuk hijau yang kaya hara nitrogen, phospor dan kalium sekaligus berguna mulsa organik penutup tanah yang mampu menekan pertumbuhan gulma. 

Untuk meningkatkan keanekaragaman organisme dan siklus kehidupan di lahan kita, maka ada baiknya kita juga melakukan penanaman leguminosa pohon atau perdu. Legum perdu seperti pohon turi, pohon gamal, pohon lamtoro dan kaliandra mampu memfiksasi nitrogen diudara dalam jumlah yang banyak. 

Selain kemampuan fiksasi nitrogen, pohon leguminosa perdu merupakan habitat yang baik bagi predator serangga sumber hama dan penyakit tanaman apel maupun cover crop. Penanaman legum perdu yang paling baik dan efektif adalah dengan cara menanam berselang-seling antara pohon apel. Sehingga apabila ada pohon apel yang terserang hama, maka hama dari pohon apel tersebut tidak dapat langsung menyerang pohon apel lainnya, karena lokasinya terpisah dengan pohon legum. 

Persiapan lahan dan penanaman
Dikarenakan teknik yang kita gunakan disini adalah teknik organik, maka sebelum dilakukan penanaman apel perlu perlakuan peningkatan kandungan hara makro dan mikro di tanah. Untuk mengisi kandungan unsur hara makro dan mikro di tanah caranya adalah dengan melakukan penanaman legum semak dan perdu. 

Setelah tanaman leguminosa semak berumur 1 bulan, baru dilakukan penanaman apel. Jarak tanam antara apel maupun legum perdu adalah 1,5X3 meter atau 2000-2500 pohon/ha. Siapkan lubang tanam dengan ukuran 50X50X50 cm. Campur tanah galian dengan pupuk kompos 1:1. Masukkan bibit tanaman apel, tutup dengan campuran tanah dan pupuk kompos. 

Tekan perlahan tanah lokasi tanam kemudian siram dengan air secukupnya. Tutupi lokasi lubang tanam dengan cara  menyebar jerami padi disekeliling tanaman apel. Perlakuan tersebut diamksudkan untuk meningkatkan kelembaban dan kemampuan absorpsi atau penyerapan air oleh tanah. Selain itu dengan adanya jerami di sekitar tanaman apel, maka biji gulma tidak dapat tumbuh karena tidak mendapat sinar matahari.

Pemangkasan

Terdapat 4 periode pemangkasan pada pohon apel. Pemangkasan cabang primer, pemangkasan cabang sekunder, pemangkasan cabang air (water sprout) dan pemangkasan pembungaan. Sistem yang akan dijelaskan disini adalah sistem tall spindle. 

Pada sistem Tall Spindle Tanaman hanya memiliki 1 cabang primer. Apabila terdapat dua atau lebih cabang primer, maka seleksi dan pelihara cabang yang paling sehat. Pangkas atau hilangkan cabang sekunder yang diameter batangnya sama atau melebihi diameter cabang primer. Pangkas atau hilangkan cabang sekunder yang lemah dan diameter batangnya terlalu kecil. 














Posisi cabang sekunder harus membentuk sudut 45 derajat. Apabila cabang sekunder kemiringannya kurang dari 45 derajat, maka cabang tersebut harus ditarik kebawah dan dikunci dengan kawat atau penjepit pakaian. Untuk memicu pembungaan, maka setelah pohon memiliki bentuk yang diinginkan, rontokkan semua daun kemudian lakukan pemangkasan pada tanaman cover crop.

Sumber :
Dart, J. 2008. Intensive Apple Orchard Systems. Profitable and Sustainable Primary Industries. Primefacts. District Horticulturist Intensive Industries Development NSW DPI. Tumur. 815. 
Yao, S. Training Young Apple Trees to The Central Leader System. NM State University. Guide H-33.  
Gambar : 
http://www.omafra.gov.on.ca/neworchard/images/apples/7systemf3-zoom.jpg
https://nmfruitgrowers.files.wordpress.com/2011/10/spindle-system-apples.jpg

Beranda pertanian masa kini