Untuk menghasilkan tanaman yang sehat, tidak mudah terserang hama maupun penyakit, serta memiliki hasil panen yang tinggi diperlukan tanah yang memiliki kandungan unsur hara makro dan mikro yang seimbang.
Unsur hara makro yang dibutuhkan tanaman diantaranya Nitrogen (N), Phospor (P) dan Kalium (K). Sedangkan unsur hara mikro meliputi Molibdenum (Mo), Besi (Fe), Boron (B), Seng (Zn), Mangan (Mn), Tembaga (Cu), dan Khlor (Cl).
Unsur tersebut tersedia lengkap di tanah yang memiliki kandungan bahan organik yang tinggi. Apabila kita melihat sejenak apa yang terjadi di hutan, maka tanaman dapat tumbuh subur dan bebas dari penyakit tanpa adanya campur tangan manusia. Kemampuan tersebut muncul karena keseimbangan unsur hara makro dan mikro di tanah. Selain itu keanekaragaman hayati serta organisme di hutan yang begitu kompleks juga mempengaruhi kemampuan tanaman dalam mengatasi serangan penyakit dengan sendirinya.
Bagaimana cara kita membuat lahan pertanian dapat menjadi subur seperti yang terjadi di hutan ?
Disini kita akan membahas tentang membuat kondisi tanah kita setidaknya mirip dengna tanah di hutan yaitu dengan membuat pupuk kompos. Tanah di hutan maupun pupuk kompos memiliki kandungan unsur hara makro dan mikro yang seimbang diikuti dengan keberadaan organisme yang menjaga kesuburan tanah tersebut.
Pupuk kompos pada dasarnya terbuat dari penguraian sisa-sisa tanaman, mulai dari daun, batang, akar, bunga dan buah. Selain itu pupuk kompos juga mengandung kotoran hewan dan organisme tanah yang telah mati. Kombinasi dari penguraian ketiga bahan tersebut menghasilkan sebuah produk yaitu pupuk kompos dengan kandungan bahan organik yang tinggi serta unsur hara makro dan mikro yang lengkap.
Ciri pupuk kompos yang telah matang dan memiliki unsur hara makro serta mikro yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman diantaranya; berwarna gelap, tidak panas, bertekstur remah, dan beraroma tanah. Apabila kita melihat pupuk kompos tersebut di bawah mikroskop, maka kita akan menemui kehidupan mikroorganisme yang beranekaragam. Mikroorganisme tersebutlah yang merombak tiga bahan tersebut menjadi produk yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman.
Untuk dapat membuat pupuk kompos dengan kandungan unsur hara yang lengkap dan seimbang, pertama kita perlu memahami rasio bahan sumber Karbon (C) dan Nitrogen (N). Pupuk kompos yang baik memiliki nisbah C:N yang sama dengan tanah yaitu < 20. Sedangkan bahan penyusun pupuk kompos yang belum mengalami penguraian memiliki nisbah C:N > 30. Untuk itu perlu dilakukan proses pengomposan agar unsur hara makro dan mikro yang dibutuhkan oleh tanaman dapat tersedia.
Bahan sumber Karbon pada dasarnya semua bahan yang sifatnya kering seperti batang, kertas, jerami padi yang berwarna kuning kecoklatan, sekam, kardus dan karton. Sedangkan bahan sumber Nitrogen adalah hijauan segar, seperti dedaunan, rumput, kulit buah, buah dan batang tanaman yang masih hijau. Agar proses penguraian bahan tersebut berlangsung cepat maka kita perlu memotong bahan-bahan tersebut menjadi ukuran yang kecil. Selain itu usahakan bahan-bahan tersebut tetap lembab selama proses pengomposan dengan cara menyirami dengan air sekucupnya sambil dibalik tiap 10 hari.
Komposisi Rasio C : N yang baik adalah 1:1. Terlalu banyak penggunaan bahan sumber C menyebabkan bahan menjadi lama terurai, sedangkan apabila terlalu banyak bahan sumber N maka produk akan terlalu basah dan beraroma tidak sedap.
Untuk memudahkan proses pengomposan, maka selalu sediakan bahan sumber C di dekat lokasi pengomposan. Sehingga ketika bahan sumber N sudah terkumpul maka kita dapat langsung mencampur dengan bahan sumber N yang tersedia.
Dari beragam jenis metode pengomposan yang penulis ketahui, metode yang paling efisien adalah metode on-ground. Dalam metode ini tempat pengomposan berupa kotak kayu yang dibentuk sedemikian rupa sehingga terdapat rongga untuk aliran udara serta diberi atap agar kompos tidak terkena air hujan. Material pupuk juga langsung bersentuhan dengan tanah, sehingga cacing tanah dapat dengan mudah masuk ke dalam tempat pengomposan.
Selain murah, metode ini hampir digunakan oleh semua petani organik di Amerika dan Eropa. Dengan model tempat pengomposan dari kayu seperti itu, maka apabila ada material baru yang akan dikomposkan, kita bisa langsung menuangkan bahan-bahan diatasnya.
Dengan pembalikan material pupuk secara rutin yaitu 2 minggu sekali sekaligus dilakukan penyiraman apabila terlalu kering, maka pupuk akan matang dan siap dipakai antara 4-6 bulan. Selain itu semakin sering kita melakukan pembalikan material, maka semakin cepat pula proses pengomposan yang terjadi. Dimana kompos yang sudah matang akan berwarna gelap, dan bertekstur remah yaitu tidak terlalu basah dan tidak terlalu kering. Semakin sedikit sisa tanaman yang terlihat, maka kualitas kompos semakin baik. Hal tersebut menandakan bahwa proses pengomposan berlangsung dengan maksimal.
Bagikan ke temanmu apabila bermanfaat,
Be Smart, Be Organic... thanks for reading guys...
Sumber:
Schwarz, M and B. Jean. 2011. Composting at Home - The Green and Brown Alternative. Cornell Waste Management Institute. Cornell University. Bradfield Hall. Ithaca, NY 141853.
www.toronto.ca/compost/
Gambar :
http://mahb.stanford.edu/wp-content/uploads/cc_resize/new-life-e1415664620365-960x450.jpg
http://gardenerd.com/wp-content/uploads/2013/10/IMG_6223.jpg
http://www.vegetablegardener.com/assets/uploads/posts/3637/kg22-making-compost-06_lg.jpg
http://st.hzcdn.com/simgs/b621eddd018ae782_4-3311/contemporary-compost-bins.jpg
Tidak ada komentar:
Posting Komentar